Catatan sang Penulis: Senyuman Itu

Selasa, 13 Januari 2015

Senyuman Itu


SENYUMAN ITU...

Kufikir ini hanyalah perasaan biasa saja. Kekaguman seorang akhwat terhadap akhlak mulia seorang ikhwan. Ternyata salah, perasaan ini terus tumbuh hingga menimbulkan rasa sakit didada. Kufikir, aku sakit jantung. Ternyata lagi-lagi aku salah. Ini bukan sakit jantung, tapi ini cinta.

Setelah habis pulang kuliah, aku selalu bersemangat menuju ke mushollah. Karena saat itu aku bisa melihatnya, terutama senyuman manis yang terukir indah dibibirnya.Setiap kali berdekatan dengannya, degupan jantung ini semakin kencang berdetak, diri bagaikan melayang jauh.
Detik-detik terus kulalui bersamanya dan Kami sering menghabiskan waktu untuk melaksanakan mentoring dan membahas hal-hal yang tidak kami ketahui. Dan disaat itulah benih-benih cinta yang dianugerahkan Allah tumbuh untukku padanya.

Setiap hari bahkan dalam 5 waktu ku selalu kusebut namanya yang selalu menghiasi setiap sudut doaku. Deraian airmata terus bercucuran mengingat betapa besarnya cintaku ini terhadapnya. Namun waktu terus bergulir dengan cepatnya. Sekarang ia sibuk dengan skripsinya, sehingga membuat ku sulit untuk berjumpa dengannya.
Perih,sakit ! itu sudah pasti. Tapi ku selalu mendoakan yang terbaik untuknya. Karena kuyakin akan janji Allah pada umatnya.
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)’’ (Qs An-Nur 26)

Tepat pada hari ini, dimana ia akan wisuda. Ingin rasanya aku melihatnya saat-saat ia diwisuda. Memberikan selamat atas kerja kerasnya selama ini. tapi aku tak bisa. Hanya surat inilah sebagai perantara diriku yang kutitipkan kepada temanku.
“ aku titip surat ini ya untuknya “ pintaku pada temanku dan segera mengambil surat yang kuberikan. Ia tersenyum.
“ pasti kusampaikan kok.” Jawabnya “ kamu harus tetap semangat ya. Ada gak ada dirinya, kamu harus tetap menjalani hidup ini. kalau jodoh gakkan kemana. Dan kamu juga bilang, bila Allah menakdirkanmu untuk terus melihat senyumannya, maka Allah akan memberikan senyumannya untukmu “ ujarnya. aku tersenyum.
***
Dia berjalan keluar dengan bangga, menghampiri kedua orang tuanya yang sedari tadi menunggunya. Segera ia memeluk kedua orang tuanya. Meluapkan rasa kebahagiaan karena perjuangannya selama 4 tahun tidaklah sia-sia. Temanku berjalan menghampirinya, kemudian memanggilnya.
“ kak “ panggilnya. Dia menoleh dan tersenyum. Temanku menyerahkan amplop berwarna biru kepadanya. Ia mengambil amplop itu dan memandang kearah temanku.
“ dari Sari, dibaca yah setelah sampai dirumah. “ pinta temanku itu. Kemudian ia melangkah menjauh meninggalkannya sendiri. Ia menatap amplop biru itu, menatap penuh rasa heran.

***
Assalamualaikum wr. Wb.
Kepada ikhwan terkasih yang dicintai Allah SWT.
Setiap hembusan nafas dalam 5 waktuku, selalu namamu yang menghiasi doaku.
Kekaguman hati membawakanku pada perasaan itu..
Perasaan cinta anugerah dari sang Illahi
Berawal dari senyumanmu kemudian turun kehati atas izin Illahi.
kusampaikan pesan rindu yang selama ini tak kesampaian.
Kepadamu ikhwan terkasih, asal engkau tau..
Sudah lama ku memendam rasa ini, berusaha mencintaimu setulus hati, walau ku tau kau tak membalas
Tapi kuselalu setia menanti, berharap janji Allah kan terpatri pada kita nanti.
Dan asal engkau tahu, selama ini aku merinduimu, menahan sakit karenamu.. dan terus mencintaimu karena Allah Ta’ala.

Dari diriku..
Yang terus mencintaimu karena Allah Ta’ala.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar