Catatan sang Penulis: 2014

Rabu, 04 Juni 2014

SALAHKAH PERASAAN INI ?



Senja mulai menampakkan langit merahnya. Matahari mulai kembali keperaduannya. Burung-burung mulai terbang kesana-kemari untuk kembali kesangkarnya. Langit mulai menghitam disertai rintikan hujan yang perlahan mulai turun. Mobil-mobil dan kendaraan lain terus berlalu lalang dijalanan agar segera sampai ketempat tujuan.
Yah.... kota ini selalu ribut oleh suara-suara mesin. Kota metropolitan yang sangat terkenal kesibukannya. Para pedagang kaki lima terlihat sibuk menggelar terpalnya. Pengamen-pengamen , pejalan kaki sibuk mencari tempat teduhan. Namun tidak dengan seorang Gadis yang sedang berlari dipinggir jalan dengan keadaan yang sudah basah kuyub. Dibelakangannya terlihat seorang lelaki sedang mengejarnya. Layaknya film india , mereka berlari dibawah hujan yang sedang turun tanpa menghiraukan pandangan orang-orang yang melihatnya. Gadis itu terus berlari sekuat tenaga agar terhindar dari kejaran lelaki yang ada dibelakangnya. Ntahlah, apa yang terjadi diantara mereka.
“ Callent,, tunggu “ teriak lelaki itu lantang. Namun Gadis itu tetap berlari dan tak  menghiraukan panggilannya.
Tanpa melihat kekanan dan kekiri gadis itu langsung saja menyeberang, dan dari arah berlawanan sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju dengan kencangnya. Tanpa bisa dihentikan, mobil itu menabrak tubuh kecil gadis itu.
Brruukk...
Tubuh mungil gadis itu terpental kepinggir jalan. Sedangkan lelaki yang mengejarnya segera meraih tubuh itu dan memeluknya.
“ Callent, bangun sayang.. bangun ,, jangan tinggalin kaka “ lelaki itu menangis melihat tubuh sang adik yang terkulai lemah dan berlumuran darah .
Tanpa buang waktu, mereka segera mengantarkan gadis itu kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

***
Perlahan-lahan ia mulai mengerjap-ngerjapkan mata mungilnya. Serasa bagai menaiki sebuah komedi putar, kepala ini terasa pusing. Ia berusaha untuk memegang kepalanya, tapi sepertinya tangannya tak dapat bergerak.
Aawwwww....
Ia merintih kesakitan. “ dimana aku, kenapa.. kenapa tangan ku tak bisa digerakkan ? “ gadis itu terlihat panik melihat tangannya tak bisa digerakkan sama sekali. Ia pun mulai menangis meratapi tangannya yang cedera.
“ Callent.. “ panggil seseorang yang terbangun karena mendengar isakan tangisan gadis itu. “ kamu kenapa lent ?” tanyanya
“ kenapa tangan ku sakit saat digerakkan ?, kenapa tangan ini tidak bisa diangkat ? tangan aku gak apa-apa kan kak ? bilang sama callent , kalo tangan callent itu... tangan Callent.. “
“ ssstttttttttt...” lelaki itu meletakkan jari telunjuknya tepat dibibir mungil gadis itu. Lelaki itu mengisyaratkan agar gadis itu tidak meneruskan perkataannya lagi. Lelaki itu menggeleng memohon. Matanya terlihat memerah akibat menahan tangis yang hendak jatuh.
Melihat expresi kakaknya, Callent mengerti dan ia mulai kembali menangis dan tangisan itu terdengar sangat memilukan.
“ tenang, sayang.. tenang “


Sudah hampir seminggu Callent berada dirumah sakit, yah... setelah 3 hari koma, akhirnya ia kembali sadar. Namun sayang, saat terbangun , ia harus menerima kenyataan yang pahit bahwa tangannya mengalami kelumpuhan sementara akibat kecelakaan yang menimpanya . Seorang lelaki bertubuh tegap menghampirinya dengan semangkuk bubur ditangannya. Ia berjongkok tepat didepan kursi roda yang diduduki oleh adiknya.
“ kamu makan yha “ pinta lelaki itu dengan suara yang lembut
“ ngapain kak Bobby kemari ?” ujarnya ketus
“ Callent,, kamu kok ngomong gitu sih ? kaka kesini bawa makanan buat kamu, biar kamu makan. Sekarang kamu makan yha ?” pintanya lagi
“ hallaahhhh... ngapain kaka ngurusin aku, ini semua karena kaka, kak Bobby senangkan aku sekarang menderita kayak gini ! “
“ Callent, kak Bobby ini kaka kamu, lagian mana mungkin kaka senang melihat adiknya yang sedang kesusahan “
“ hallahhh bulshit,, kalo bukan karna kaka, aku gak kan lumpuh seperti ini, dan kalo bukan karna kak Bobby, aku masih bisa ikut ngedance seperti biasanya. Jangankan untuk ngedance, untuk memutar kursi roda ini pun aku gak sanggup “ ujar callent dengan nada tinggi. Buliran-buliran bening mulai turun membasahi pipinya.
“ kamu harus sabar sayang, ini bukan lumpuh permanen, asal kamu rajin untuk terapi. Semua butuh waktu “ Bobby berusaha menghibur hati adiknya yang sedang terluka.
“ butuh berapa waktu aku harus menunggu kak, hah ! tetap aja kan, aku gak bisa melakukan aktifitas seperti biasa, dan aku gak bisa ikut ngedance diacara yang aku nanti-nanti kan selama ini . Dan pastinya, posisiku udah direbut oleh cewek sialan itu, ya kan ? huh.... dia emang udah ngerebut semua yang gw punya, termaksud ngerebut kaka gw, sampai-sampai kaka gw sendiri berubah sama gw !” seru gadis itu.
“ Callent.. jangan kurang ajar kamu “ Bentak Bobby . sudah cukup batas kesabaranya mendengar makian dari mulut adiknya sendiri.
Gadis itu menatap tajam kearah Bobby, yha.. betapa sangat kecewanya ia terhadap kakanya itu.

***
“ kamu memang anak yang hebat Callent, dalam waktu 2 bulan tanganmu sudah mulai membaik, ini sangat jarang terjadi “ puji dokter frans yang merawat callent selama terapi.
“ terima kasih dok “ ujar Callent berterima kasih
“ tapi ingat ! kamu masih perlu perawatan dan istirahat yang cukup. Hindari gerakan-gerakan yang berat dan kamu jangan menari dulu untuk beberapa waktu kedepan yang bisa membuat tangan kiri mu kembali cedera. Dan asal kamu tahu Callent. Jika kamu melanggar, bukan cedera lagi yang kamu dapat, mungkin kamu akan kehilangan tangan kiri mu selamanya, yaitu lumpuh permanen. “ dokter Frans memberikan peringatan kepada Callent.
Callent hanya tersenyum, kemudian ia mengangguk dan mulai meninggalkan ruangan itu.

Gadis itu berjalan dengan pandangan kosong. Ntah apa yang sedang difikirkannya, hmm.. mungkin meratapi tangan kirinya yang sampai bila akan sembuh total. Karena sibuk dengan fikiran sendiri, ia sampai tidak sadar ada orang didepannya dan..
Brukkkk...
Mereka saling mundur satu langkah kebelakang. “ lu kalo jalan tu pake ma.... elo “ ujar Callent yang sadar siapa yang menubruk tubuhnya.
“ Callent “ sapa gadis itu ramah dengan senyuman manisnya.
Callent segera membuang muka yang malas melihat wajah gadis yang ada dihadapannya sekarang.
“ tangan kamu udah sembuh yha ? “ tanya gadis itu ramah
“ ngapain lo disini “ ujarnya ketus
“ gw habis dari toko kue “ jawabnya. Callent melirik sekilas bungkusan kue yang dibelinya. Terlihat ada bacaan brownies dikotak kue itu.
 “ Huhhh.... pasti untuk Bobby “ desahnya dalam hati.
“ lo sendiri, habis dari mana ? “
“ bukan urusan lo “ ketus Callent dan pergi meninggalkan gadis itu.

***
Terlihat Bobby sedang mengajari muridnya tentang koreografi untuk dance yang akan ditampilkan disuatu acara yang sangat bergengsi.
“ ok.. latihannya cukup sampai disini dulu, kita break sebentar “ aba-aba Bobby kemudian berjalan kearah tasnya dan mengambil minuman didalam tasnya.
Callent yang berdiri dari tadi melihat kakaknya, hendak menghampirinya. Namun, saat ia ingin melangkah, dilihatnya gadis yang dijumpainya tadi juga berjalan kearah Bobby. Kembali Callent mengurungkan niatnya. Ditatapnya gadis itu dengan tatapan kebencian. Kemudian ia beranjak meninggalkan tempat itu .

“ Bobby “ panggil gadis manis yang berdiri dibelakangnya.
“ kemi “ tersirat senyuman manis saat melihat gadis yang kini ada dihadapannya. “ udah lama ?” tanyanya
“ gak, aku baru aja nyampe “ jawab gadis yang mempunyai nama Akemi. Gadis keturunan jepang dan mempunyai kulit putih dan mata sipit dan juga mempunyai suara yang halus dan lembut . Ia menyodorkan sebuah kotak kue yang dibelinya tadi.
“ wahh brownies, ini buat gw ?” tanya Bobby yang sangat antusias saat melihat isinya adalah brownies kesukaanya. Gadis itu hanya mengangguk lalu tersenyum.
“ kita duduk disitu yukk,, sambil makan ini “ kemudian mereka berjalan ketempat yang ditunjuk oleh Bobby.
“ hmmm enak banget, nih kamu coba “ Bobby menyodorkan kue itu kemulut kemi.
“ hmm... si Callent mana sih ? katanya mau kemari, kok gak nongol-nongol juga yha ?” tanya Bobby yang khawatir adiknya belum datang. Ia sudah mencoba menghubunginya, tetapi tidak aktif.
“ tadi aku berjumpa dengannya didepan toko kue Bobby “ ujar Kemi memberitahu. Seketika Bobby menghentikan kunyahannya dan beralih menatap Kemi, kekasihnya.
“ terus,, dia ada ngomong sama kamu ?” tanya Bobby yang penasaran. Gadis itu hanya menggeleng pelan kemudian tersenyum.
“ seperti biasa, ia selalu ketus kepada ku. “ kemi menunduk sedih
“ sudahlah Kemi, Callent memang seperti itu orangnya. Jangankan sama kamu, sama aku juga seperti itu. “ hibur Bobby
“ tapi dia takkan begitu padamu, jika kamu tidak dekat dengan aku Bobby. Ketahuilah, bahwa callent itu cemburu padaku. Ia tak ingin aku terlalu dekat dengan mu. “
“ kamu bicara apa sih ? Callent itu adik aku, jadi untuk apa dia cemburu sama aku ? “ jelas Bobby
“ aku wanita, jadi aku bisa merasakan apa yang dia rasakan Bob. Kembalilah kedirinya, ia sangat membutuhkan mu dibandingkan aku. Aku ikhlas. Dia mencintai mu “
“ semakin lama, bicara kamu itu makin ngawur tau gak ! udah deh, gw jadi malas bahas ini !” Bobby berdiri dan meninggalkan Akemi sendirian ditempat itu. Kemi hanya bisa mendesah pasrah, karena ia tau yang sebenarnya, bahwa Callent sangat mencintai Bobby, lebih dari seorang kakak. Dan itu yang membuat Callent sangat membenci dirinya, karena Bobby lebih memilih dirinya dibandingkan Callent.
“ andaikan kamu tau yang sebenarnya Bobby “ desah Kemi dan mulai menangis .

***
Callent melampiaskan amarah dan kebenciannya dengan menari sebebasnya. Ia tak memperdulikan tangannya yang masih sakit, dan ia juga tak menghiraukan peringatan dari Dokter Frans. Yang ada dalam benaknya adalah melampiaskan kekesalannya dengan menari sesuka hatinya. Air mata terus mengalir deras dari kelopak matanya . ntahlah sudah berapa lama ia menari. Ternyata suara musik itu mengalun sangat keras dan terdengar sampai ruang tamu. Bobby yang baru pulang dan merasa pengang mendengar suara keras itu segera pergi mencari sumber suara. Ternyata itu dari kamar adiknya. Ia menggedor-gedor pintu kamar sang adik, namun tak ada respons dari dalam. Perasaan khawatir mulai menyelimuti perasaan Bobby. Ia takut adiknya melakukan hal nekat yang tidak dia inginkan. Bobby kembali menggedor pintu sekuat tenaga, tetapi tetap nihil. Bobby mulai kehabisan akal, pikirannya kalut karena takut terjadi sesuatu kepada adiknya. Akhirnya ia mencoba mendobrak pintu itu. Pada dobrakan ketiga, akhirnya pintu itu terbuka. Betapa kagetnya Bobby saat melihat Callent menari. Ia segera mematikan tape lalu berjalan menghampiri adiknya. Dipeluknya adiknya dengan erat. Callent tersentak. Didorongnya tubuh kekar itu. Ditatapnya lekat-lekat wajah kakak sangat ia cintai itu.
“ apa kamu sudah gila !” bentak Bobby “ itu sama aja membahayakan diri kamu sendiri Lent !” lanjutnya lagi
“ apa peduli mu “ ujarnya ketus. Sakit memang saat berkata ketus kepada lelaki yang ia sayang. Tapi itu terpaksa ia lakukan agar bisa membenci lelaki itu.
“ jelas aku peduli karena aku kakakmu !”
“ kau bukan kakakku !”
Bagai disambar petir saat Bobby mendengar perkataan adiknya tadi. Tanpa sadar, tangan kekar milik Bobby melayang tepat dipipi mulus Callent.
Pllakkkk....
Callent tertegun. Begitupun dengan Bobby. Ia masih tidak menyangka akan melakukan hal itu. Bobby berjalan mendekat ke Callent. Namun Callent mundur. Ia sangat kecewa apa yang telah dilakukan oleh kakaknya barusan.
“ Callent.. ma...maafin kaka “ pundung Bobby
“ aku kecewa sama kamu Bobby ! dulu, kamu selalu janji akan menjaga dan melindungi ku ! dan kamu juga janji gak akan pernah membuat hati aku sakit ! dan kamu juga janji , rasa sayang mu itu hanya untukku ! tapi APA ! KAU JAHAT ! KAU INGKARI SEMUANYA ! KAU MALAH JUSTRU MEMBUAT HATI KU SAKIT ! KAU MEMBUAT AKU KECEWA ! DAN KAU...KAU TAK PERNAH MEMBERIKAN LAGI RASA SAYANGMU PADA KU, SAAT KEHADIRAN WANITA SIALAN ITU. “ ujar Callent mengeluarkan seluruh keunekannya. “ stop ! jangan untuk mencoba dekati aku “ titah nya
“ aku tak pernah untuk mengingkari semua itu Callent . percaya sama aku. Aku tau aku salah . tapi please... aku sayang sama kamu Callent. Kamu lah keluarga satu-satunya yang aku punya setelah mama dan papa pergi. Kamu adik yang sangat aku sayangi. Kamu bidadari kecilku callent “ ujar Bobby begitu pilu. Callent hanya bisa menangis saat Bobby berkata seperti itu. Dan yang lebih membuatnya sakit adalah saat Bobby mengatakan bahwa dia sangat menyayanginya sebagai adik .
“ ohhh Bobby. Mengapa kau begitu bodoh ! apa kau tak bisa melihat wajah dan mata ini ? kita berbeda !” batin Callent. Air mata terus mengalir dari kelopak matanya.
“ Callent,, jawab aku callent. Kamu gak membenci aku kan ? aku kakak kamu lent ?”
“ ok.. kalau kamu memang sayang sama aku . “ Bobby lega saat mendengar ucapan Callent. “ tapi dengan syarat ! kakak harus ninggalin Akemi !” seketika senyuman itu memudar saat Callent melanjutkan ucapannya lagi. Yha.. mengapa tidak ! dia harus meninggalkan Kemi, gadis yang sangat ia sayang dan cintai itu.
“ gak.. kaka gak bisa melakukannya Lent “
“ ok kalau kaka gak bisa. Dan aku juga gak bisa untuk memaafkan kaka. “ Callent segera meraih tasnya dan pergi dari tempat itu. Bobby segera mengejar dan menarik tangan adiknya. Namun segera dihempaskan oleh Callent.
“kamu mau kemana ?” tanya Bobby
“ bukan urusan mu ! semua udah jelaskan ? kamu lebih memilih Kemi dibandingkan aku “
“ gak Lent, kamu dengar dulu.. aku sayang kamu . kamu gak boleh pergi . kamu adik aku “
“ tapi sayangnya, aku bukan lagi adikmu. “ Callent segera pergi meninggalkan Bobby yang masih terdiam ditempat itu.

***
Ntah bagaimana lagi caranya agar air mata ini tak lagi menetes. Semakin ditahan, semakin banyak pula air yang terus mengalir. Callent terus berjalan tanpa tujuan pasti. Saat ini , ia hanya ingin lebih menenangkan fikirannya. Akhirnya, Callent duduk sambil memegangi lutut di pinggir jalan. Tak peduli lagi dengan pandangan orang yang melihat maupun menganggapnya gila. Yang jelas, ia ingin meluapkan segalanya dengan menangis sepuas-puasnya. Saat sedang termenung, sebuah tepukan lembut mendarat tepat dipundak Callent. Ia mengangkat wajahnya. Tersirat kebencian saat melihat wanita itu. Callent segera berdiri, ditatapnya gadis yang ada dihadapannya.
Pllaakkk......
Sebuah tamparan mendarat dipipi cantik Akemi. Kemi kaget dan memegang pipinya yang memerah.
“ puas lo kan ? lo udah merebut semua yang gw punya ! posisi gw ! kehidupan gw ! kebahagiaan gw ! dan lo juga udah merebut orang yang gw sayang !”
“ Lent, aku kesini Cuma... “
“ Cuma apa ? lo mau menertawakan gw kan ? lo senangkan ? lo puaskan sekarang melihat kondisi gw sekarang ? “ Akemi hanya menggeleng sedih
“ gw kesini Cuma mau bilang, kalau gw ikhlas Bobby bersama lo . gw siap mengalah asal lo bahagia      Lent”
“ bulshit, lo jelas-jelas tau kalau Bobby itu lebih milih lo dibandingkan gw ! pokoknya gw benci elo Akemi ! gw benci lo ! dan gw akan membuat lo mati ! “ ujar Callent.
 Ia mendorong tubuh Akemi hingga terlempar ketengah jalan. Saat Akemi menatap kekanan sebuah mobil berkecepatan tinggi melintas dengan kecangnya dijalan raya. Kemi hanya terdiam tak tau harus berbuat apa. Ingin berlari tapi rasanya kakinya mati rasa. Kemi hanya bisa menutup matanya dan terus berdoa dalam hati. Sedangkan Callent tertegun apa yang telah ia lakukan. Saat mobil itu sudah mendekat, Kemi seperti merasa tubuhnya terhempas kepinggir jalan. Ia membuka matanya. Dilihatnya ia baik-baik saja hanya luka ringan.. tetapi...
“ ya Tuhan.... “ pekik Akemi kaget . ia segera berlari kearah pemuda yang telah menolongnya.
“ Bobby.. “ jerit Akemi. Tetapi Bobby hanya diam tak merespons jeritan yang dilontarkan oleh Kemi karena ia telah pingsan. Sedangkan Callent, bumi bagaikan terbelah saat melihat kakaknya menjadi korban akibat ulahnya.
Bobby segera dibawa kerumah sakit diikuti oleh Akemi dan Callent yang berada didalam Ambulance. Kemi menangis tersedu-sedu saat melihat Bobby berlumuran darah. Sedangkan Callent hanya diam seribu bahasa menyesali perbuatannya. Akhirnya Ambulance itu sampai juga dirumah sakit dan segera menurunkan Bobby dari blankar dan membawanya keruang ICU.
Setelah menunggu satu jam lamanya, akhirnya Dokter yang menangani Bobby keluar dengan raut wajah yang sangat lelah. Kedua gadis itu segera memburu sang Dokter.
“ Dok, bagaimana dengan keadaan kak Bobby ?” tanya Callent
“ keadaan Bobby sangatlah kritis. Dan Bobby juga mengalami kebutaan, karena pada saat kecelakaan, kepala Bobby lebih duluan membentur jalanan dan mengenai saraf kornea matanya. “ jelas Dokter tersebut.
Mendengar penuturan Dokter, Callent terduduk lemas dilantai rumah sakit. Ia menangis meraung-raung bak orang kehilangan seseorang.

***
Tak ada yang berubah dari taman ini. Tetap sama seperti 10 tahun yang lalu. Saat ia berumur 8 tahun, ia dan Bobby sering bermain ketaman ini bersama kedua orang tua Bobby. Callent tertawa sendiri saat mengingat masa lalu. Dan ditempat ini jugalah Bobby berjanji akan selalu menjaga, melindungi, dan menyayanginya. Masih terekam jelas semuanya dimemori otak Callent. Sebulir airmata jatuh membasahi wajah cantiknya.
“ ma..pa.. maafin Callent, Callent udah jahat sama kak Bobby, Callent juga udah kurang ajar sama kak Bobby. “ Callent menyeka airmata yang kembali jatuh.” Ma..pa... kenapa ini harus terjadi padaku ? untuk apa aku harus bertemu dengan kalian jika itu akhirnya akan membuat ku sakit ? aku pikir .. selama ini perasaanku salah karena mencintai kak Bobby, ternyata gak ! karena aku sama kak Bobby bukan saudara kandung kan ma..pa..? kalian memungut ku, karena mama gak bisa hamil dan melahirkan lagi kan ? tapi kenapa ? kenapa kalian gak pernah memberitahukannya pada ku dan kak Bobby ? kenapa aku harus tau dari mulut orang lain ma..pa... ? hidupku dilema oleh semua ini “ Callent kembali menangis pilu.
Dipinggiran danau, Callent duduk diatas batu yang besar. Kemudian ia mengeluarkan buku dan pena dari dalam tasnya. Ia mulai menuliskan sesuatu diatas kertas itu.

***
“ apa kamu yakin Lent ?” tanya Dokter Frans dan Dokter Rudi yang berada diruangan tertutup dirumah sakit.
“ yha aku yakin Dokter Frans, om Rudi “ jawabnya yakin
“ mungkin, ini saatnya aku menebus semuanya dan aku harap kalian mau membantu ku “ pinta Callent dengan wajah memelas. Dokter Frans dan Dokter Rudi hanya saling memandang kemudian mengangguk setuju.
Terkembang sebuah senyuman manis dari bibir mungil Callent.

***
“ om akan kehilanganmu “ ujar Dokter Rudi ditaman Rumah sakit. Callent menggenggam erat tangan om yang sudah dianggap orang tuanya sendiri.
“ semenjak papa dan mama meninggal, hanya om yang callent dan kak Bobby punya. Om gak akan kehilangan Callent, malah setelah pekerjaan itu selesai, om akan selalu melihat Callent. “ om Rudi menarik keponakannya kedalam pelukkannya. Walau bukan keponakan kandung, tapi Rudi sangat menyayanginya layaknya anaknya sendiri.
“ makasih om. Sebelum semuanya terlambat dan aku pergi. Om udah memberi tahukan yang sebenarnya tentang aku yang sebenarnya. Aku sempat takut saat aku menyayangi kak Bobby lebih dari seorang kakak. Aku pikir ini gak wajar dan salah. Tapi ternyata, ini gak salah om. Semua ini benar adanya.”

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari dimana Bobby akan menjalani operasi pencangkokkan mata. Semua orang telah menanti diruangan Bobby. Terlihat Akemi juga menunggunya disana. Tidak berapa lama, datang seorang suster untuk membawa Bobby keruang operasi. Ternyata didalam ruangan itu, ada Callent yang telah terbaring dengan memakai pakaian operasi. Ditatapnya blankar milik Bobby. Kembali ia menangis.
“ kak, mungkin Cuma ini yang bisa Bidadari kecilmu lakukan. Untuk menebus semua rasa bersalahku padamu. Aku harap setelah kau siuman nanti, orang yang pertama kau cari adalah aku. Tapi maaf jika aku gak ada disampingmu lagi. Karena aku telah pergi menyusul mama dan papa. Tapi, mata ini akan selalu ada bersama mu” Dokter Rudi yang mendengar itu turut menitikkan air mata. Akhirnya, operasi itu dilaksanakan juga tanpa adanya hambatan sama sekali.

***
4 hari kemudian....
Perlahan-lahan mata itu mulai terbuka. Samar. Tapi lama-kelamaan terlihat jelas. Bobby mulai celingak-celinguk seperti mencari seseorang. Dilihatnya Kemi berada didepannya dengan senyuman manisnya. Tapi pandangannya segera beralih untuk mencari sosok Callent. Tapi sayang tak ada tanda-tanda Callent diruangan itu. Harapan kembali pupus. Padahal saat sadar, Bobby sangat ingin, saat ia sadar orang yang pertama dilihatnya adalah Callent.
“ kamu kenapa Bob ?” tanya Dokter Rudi yang melihat keponakannya yang bingung
“ Callent mana om ?” tanya Bobby.
Mendengar petanyaan Bobby, seketika membuat dokter Rudi bingung sendiri. Apa yang harus ia katakan ? bohong atau jujur. Semua berkecamuk dalam hatinya.
“ Dok “ panggil Bobby
“ eh i..iia..”
“ Callent mana ?” tanyanya lagi
“ C... cal..lent..callent..” ujar om Rudi terbata-bata
“ om,, Callent mana ? kok om kelihatan ragu untuk menjawabnya ? ada apa sebenarnya ?” Bobby menatap tajam kearah om nya kemudian beralih menatap kearah Kemi. “ kemi “ panggil Bobby.
Akemi tersentak kaget tidak menyangka bahwa Bobby akan memanggilnya. “ i..ia Bobby “
“ mana Callent ?”
“ Callent, dia,,dia.. ahhh “ Akemi segera mengambil cermin didekat meja kemudian menyodorkannya ke Bobby. Bobby terlihat bingung saat kemi memberikan cermin kepadanya.
“ untuk apa ?” tanyanya
“ lihatlah matamu Bobby, dengan cermin itu “ titah Kemi. Bobby pun menuruti perintah kekasihnya.
Deeeggg....
Jantungnya berdegup kencang saat melihat mata itu. Mata yang sangat ia kenal. Mata yang memiliki bola mata berwarna coklat yang indah. Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh kepipi Bobby. Tubuhnya mendadak lemas.
“ gak... gakk mungkiiinnnnn “ teriak Bobby
Akemi dan Dokter Rudi hanya bisa memeluk dan menghiburnya.

***
Seorang lelaki terlihat sedang berdiri dipinggir danau. Pikirannya terlintas saat masih kecil dulu. Saat dimana Dia dan keluarganya sering berkunjung ditaman ini.
..............
“ kakakkkk tunggu aku “ teriak gadis kecil yang sedang berlari sambil memegang boneka kesayangannya.
“ haduh.. kamu ini, lama sekali ! ayo “ anak lelaki itu menarik tangan gadis kecil itu untuk bermain bersama.
Brukkk....
“ aawwww “ gadis itu terjatuh
“ kamu gak apa-apa ?”
“ kaki aku sakit kak “ gadis itu menangis karena sakit
“ kakak minta maaf, telah membuat mu jatuh dan terluka “ anak lelaki itu meminta maaf dan sangat menyesal telah membuat adiknya jatuh
“ kakak kenapa nangis ? kakak juga gak perlu minta maaf, ini bukan salah kakak. Tapi ini salah Callent yang gak hati-hati saat lari “ ujar Gadis itu. Ia menyeka air mata yang jatuh dipipi kakaknya.
“ tapi kalau bukan karena kakak, kamu pasti gak akan jatuh “
“ gak apa-apa kak “
“ maaf yha Bidadari Kecilku. Kak Bobby janji, kakak akan menjaga serta melindungimu, dan kakak gak akan membuat mu sakit dan terluka lagi dan kak Bobby akan selalu menyayangi mu . Janji !” ujar anak lelaki itu dan kemudian memeluk erat sang adik.
.............
Ia kembali menyeka air matanya yang jatuh. Ntahlah, sudah berapa lama ia tak datang kemari. Ia duduk dibatu dekat pinggir danau. Kemudian melihat surat yang ada di tanganya. Dengan sangat hati-hati, Bobby membuka surat itu agar tak ada yang rusak sedikitpun. Kemudian ia mengeluarkan kertas yang ada didalamnya. Dibukanya lipatan demi lipatan kertas itu lalu membacanya.
Dear kak Bobby sayang..
Sebelum baca surat ini, kaka Bobby harus janji gak boleh nangis lagi
Mungkin, setelah kak Bobby baca surat ini, kak Bobby gak akan pernah melihat Callent lagi.. karena Callent udah pergi ketempat yang jauh dan indah sekali. Dimana tempat itu banyak sekali bunga-bunga dan sejuk. Dan pastinya disana ada Papa dan Mama . sebenernya, Callent ingin kita berkumpul bersama lagi. Tapi itu gak mungkin. Karena kakak masih harus menemani orang-orang yang sayang sama kakak disana.
Emm... sebenarnya bukan ini yang ingin Callent bahas. Sebenarnya Callent ingin minta maaf sama kak Bobby. Karena selama ini Callent udah jahat dan kurang ajar sama kakak. Callent bukan adik yang baik bagi kakak. Tapi Callent melakukan itu semua semata-mata agar Callent benci sama kakak. Callent cemburu kak, saat melihat kakak begitu mesra dengan Akemi. Callent tau itu gak wajar. Tapi Callent juga gak tau kenapa ? yang jelas, Callent sangat cemburu, cemburu sekali. Callent hanya ingin. Kakak menjadi milik Callent yang seutuhnya. Tapi Callent terlalu egois kak. Gak sepantasnya Callent marah sama Kemi yang mendapatkan cinta dari kak Bobby. Sebenarnya Callent juga gak mau kayak gini. Tapi ntah kenapa, tiba-tiba perasaan itu tumbuh dengan sendirinya kak. Callent sangat mencintai kak Bobby lebih dari seorang kakak.awalnya Callent takut, takut perasaan ini salah kak. Karena kita bersaudara. Tapi ternyata nggak kak. Perasaan ini gak salah sama sekali. Dan perasaan ini wajar bila tumbuh dihati. Karena kita bukanlah saudara kandung kak. Aku bukan adik kandung mu.om Rudi yang memberi tahuku. Yha.. pasti kakak gak percaya. Sama halnya seperti aku yang tak percaya. Tapi setelah aku melakukan test DNA yang diam-diam aku lakukan. Ternyata hasil menunjukkan kalau kita benar-benar bukan saudara.saat itu perasaan ku campur aduk kak. Ada sedih dan senang. Sedihnya karena aku tau aku bukan lah adik kandungmu. Sedangkan senangnya karena aku bisa mencintaimu kak Bobby. Tapi satu kesalahan besar yang ku perbuat, yaitu membuat kau celaka sehingga mengalami kebutaan. Aku gak tau harus bagaimana, yang pasti pikiran ku sangat buntu dan tak ingin kau menderita. Makanya aku memberikan mataku sebagai penebus dosa dan salah ku sama kamu kak. Mungkin itu gak seberapa dibandingkan dengan kekurang ajaran ku padamu, tapi hanya itu yang bisa kukasih. Callent harap, kakak bisa menjaga , merawat serta menyayangi mata itu seperti janji kakak ke Callent dulu. Dan kakak harus janji, harus membahagiakan orang-orang yang sayang sama kakak, termasuk Akemi. Menikahlah denganya dan berikan aku keponakan yang lucu dan ganteng seperti kalian. Maaf Cuma ini yang bisa aku sampaikan. Sekali lagi Callent minta maaf kak.
Peluk, cium dan salam rindu dari adikmu,
Callent Anindya

Bobby menarik nafasnya sangat panjang. Ia meremas surat itu. Matanya panas, ingin rasanya menangis dan meluapkan segala kesedihannya. Tetapi ia tak ingin mengingkari janjinya lagi. Sekuat tenaga ia menahan air mata itu.
“ ya.. kakak janji. Kakak akan menepati janji itu Lent. Dan kakak akan menikahi Kemi serta memberikan mu keponakan-keponakan yang cantik dan ganteng. Kakak janji. Dan kakak akan menjaga mata ini. Kakak janji. Dan kakak harap, kamu juga tenang yha disana, kakak akan sangat merindukanmu. “ kemudian Bobby bangkit dan beranjak dari tempat itu. Ia pergi dengan membawa segudang janji yang akan ia tepati suatu saat nanti.

THE _END

Jumat, 04 April 2014

' Love,Life,Hurt ''

' Dan semua akan berjalan dengan seiring waktunya '

Andera. Begitu mereka selalu memanggilku. Aku hanya hidup sendiri yang ditemani oleh sepi. Sampai sekarang, aku belum berani mengartikan apa itu sebuah kehidupan. Ntahlah, haruskah aku senang atau justru sebaliknya dilahirkan kedunia ini. Dunia yang begitu kejam bagiku. Dunia yang seakan-akan selalu mempermainkan aku.
Dulu, keadaannya tak seperti ini. Semuanya baik. Sangat baik. Hingga saat itu, semuanya mulai berubah. Perlahan-lahan, orang-orang yang kusayangi mulai pergi meninggalkanku. Papa, Mama, Kak Icha, Kak Raka, Dion, dan Evelin. Semuanya pergi, meninggalkanku.

***

Awalnya baik, tapi akhirnya buruk. Itulah yang kuketahui. Dera kecil, tak pernah tau apa artinya itu pertengkaran yang menyebabkan perceraian. Dera kecil, hanya bisa menatap dari balik pintu kamar. Menangis ketakutan, saat mendengar pecahan demi pecahan kaca terus terlempar.
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa menangis dibalik pintu kamar. Bersembunyi di balik tempat tidurku.
Aku hanya menatap kosong, hampa. Jujur, saat itu aku takut sekali mendengar suara ribut yang selalu tercipta setiap saat.
Rumah yang dulunya penuh keceriaan kini berubah menjadi keributan.
Yang kutahu saat itu, Papa selalu pulang larut malam dengan jalan bersempoyongan. Dan Mama selalu menunggu diruang tamu. Dan saat itu, suara ribut serta cacian dan makian pun selalu terlontar dari mulut perempuan cantik yang selalu kubangga kan dulu. Perkataan yang tak seharusnya kudengar. Tapi itulah kenyataannya. Aku sampai hapal setiap kata yang diucapkan mereka.
Seperti saat ini, aku hanya bisa bersembunyi disamping tempat tidurku. Memeluk lututku dengan tangan-tangan mungilku. Aku sangat takut.
Dan disaat seperti inilah, sebuah pelukkan lembut selalu kudapatkan dari seorang wanita yang tak kalah kubanggakan.
' kak Icha ' senyumannya yang lembut serta pelukan kasih sayangnya selalu menenangkan hatiku.
'' semua akan baik-baik saja ''
Kata-kata itu selalu kuingat. Wanita muda itu selalu mengatakan hal yang sama untuk menenangkanku.
Kak Icha, dia gadis yang kuat bagiku. Dia seperti malaikat untukku. Dia selalu ada saat aku takut seperti ini.

***

Kehidupan ini terus berlanjut seperti ini. Sebenarnya aku ingin menyudahi semua ini. Tapi apalah dayaku. Saat itu aku masih kecil.
Aku masih teringat ucapan mereka yang mengatakan bahwa aku terlahir dari keluarga ' BrokenHome '
Aku tidak tahu apa itu artinya. Aku mencoba bertanya sama Kak Icha. Tapi dia hanya tersenyum dan menggeleng. Kembali aku bertanya kepada Kak Raka. Dengan senyuman sinis yang masih bisa kurekam sampai sekarang. Dia berkata dengan angkuhnya.
'' jadi lu mau tau apa itu BrokenHome ?'' aku hanya mengangguk.
'' brokenhome itu adalah keluarga yang hancur. Keluarga yang gak ada harmonis2nya sama sekali. '' umpatnya. Kata-kata kak Raka begitu kasar membuat aku takut.
'' lu denger, mending lu cepat pergi dari sini, dari pada lu jadi sasaran pria sialan itu ! ''
Gleggarr...
Bagaikan disambar petir. Itu yang kurasakan dari ucapan kak Raka. Tanpa kusadari airmata kembali menetes. Tiba-tiba kak Icha datang dan segera menyeretku kedalam pelukkannya.
'' jaga bicara kamu Ka ''
'' kenapa kak ? Dia harus tau apa itu BrokenHome ! ''
'' tapi dia masih kecil Ka, dia belum tau apa-apa tentang masalah ini ''
'' terserah ! Aku muak ! Sangat muak sama keluarga ini !''

Kak Icha segera mendekapku. Menghusap punggungku.
'' jangan pernah kamu dengarkan kata Dia '' bisik kak Icha.

***

Kak Icha. Cuma nama itu yang aku kenal sekarang. Hanya dia yang selalu ada untukku.
Saat itu aku masih asyik bermain dengan adik bungsuku. Dion. Dia masih berumur 1 tahun. Dia sangat lucu. Selain kak Icha, Dionlah teman bermainku. Adik yang sangat kusayang.
Melihat pipinya yang chubby dan tubuhnya yang gempal membuat aku gemas selalu ingin mencubitnya.
'' nanti kalau Dion udah besar, jangan seperti papa dan kak Raka yah. Dion harus sayang sama Mama, Kak Icha dan kak Dera ''
Aku selalu mengatakan hal yang sama kepadanya.
Tapi kali ini ada yang berbeda. Aku mendengarkan suara gaduh dari dalam kamar kak Icha. Rasanya aku ingin melihat apa yang terjadi disana. Tapi aku takut.
Suara tangisan yang memilukan dari kak Icha, dan juga suara hantaman serta cacian dari seorang lelaki yang sangat ku hapal suaranya. Papa.
Aku segera menggendong adikku kedalam kamar dan meletakkannya diatas ranjang. Kemudian aku kembali berlari. Mengintip dari balik pintu kamarku.
' apa yang tengah terjadi ? ' batinku.
Jeritan kak Icha yang begitu memilukan, membuatku semakin penasaran. Tiba-tiba keluar sosok pria yang kutakuti itu. Papa. Dia keluar dari kamar kak Icha . Dia menoleh dan melihatku. Aku segera menutup pintu dan menguncinya. Aku takut lelaki itu akan menghajarku seperti waktu itu.

Malam harinya, aku masih mendengar isakkan tangis kak Icha yang tak kunjung reda. Aku begitu penasaran. Dengan mengumpulkan keberanian, aku menghampirinya dikamar.
Kubuka handel pintu itu, dan kulihat kamar kak Icha yang begitu berantakkan. Tidak seperti biasanya yang selalu rapi. Kulihat disekeliling kamar, tapi tidak ada. Akupun memasuki kamar itu dengan langkah yang kubuat pelan.
Kulihat kak Icha duduk dilantai balkon dengan pakaian yang lusuh. Aku menghampirinya.
'' kak Icha ''
Tapi gadis itu tetap tidak menoleh. Seakan dia berada didunianya sendiri. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padanya, yang jelas aku sedih melihatnya seperti itu.
Wanita yang kuat bagiku, wanita yang seperti malaikat tapi kini tak kulihat lagi pada dirinya.
Kupeluk Kak Icha, dan ikut menangis bersamanya. Dia menoleh dan memelukku. Tangisannya begitu memilukan.
'' apa yang tengah terjadi padamu kak ?'' batinku bertanya.

Cukup lama kami tenggelam pada dunianya sendiri. Akhirnya kak Icha bersuara dan mengatakan sesuatu yang sulit aku cerna saat itu.

'' bawa mama dan Dion pergi. Jangan terus disini. Kakak takut, suatu saat hal yang sama akan menimpa kamu. Pergi, dan cari kebahagiaanmu ''

Aku hanya bisa memandangnya. Bingung. Hal sama apa yang akan terjadi ?.

***

Pagi hari, masih kudengar lagi suara keributan. Tapi kali ini berbeda. Kudengar mama yang begitu histeris. Memanggil-manggil nama kak Icha.
Kak Icha ?. Aku segera turun dari tempat tidur dan berlari keluar. Kulihat dikamar kak Icha ramai. Ada papa, mama dan kak Raka. Aku ingin kesana, tapi aku takut. Tapi, aku penasaran apa yang tengah terjadi dikamar kak Icha.
Aku berjalan pelan dan melihat dari balik pintu. Kulihat kak Icha yang tertidur pulas dengan wajah yang pucat. Mama terus mengguncang tubuh kak Icha. Papa hanya diam. Sedangkan kak Raka, dia tidak terima akan kematian kakaknya.
Tiba-tiba, pandangan kak Raka beralih pada kertas yang ditempelkan di kaca rias milik kak Icha. Dia mengambil kertas itu dan membacanya.
Kulihat wajah kak Raka yang begitu merah. Sepertinya dia sangat marah setelah membaca surat itu. Surat yang tidak kuketahui isinya.

'' bangsat '' umpat kak Raka.
' bought '
Kulihat kak Raka memukul pipi Papa dengat kuat, hingga mengalir darah segar dari sela bibir Papa.

'' apa-apa'an kamu Raka ?''
'' lo yang apa-apa'an hah ! '' umpatnya. Mama hanya diam sambil terus menatap kak Icha. Aku tetap bersembunyi dibalik pintu merekam segala kejadian itu.
'' lo, lo gak pantas disebut seorang papa !''
' plak ' tamparan berhasil diberikan papa kewajah kak Raka.
'' anak gak tau diuntung ! ''
'' huh, saya merasa rugi telah memiliki papa seperti lo ! Laki-laki bangsat ! Papa macam apa lo hah, berani memperkosa anaknya sendiri !''

Mendengar ucapan kak Raka, papa terdiam. Sedangkan mama menatap tak percaya. Mama bangkit dan berjalan kearah papa. Kembali cacian serta makian pun terlontar dari mulut wanita itu.
Papa yang tak terima di hina oleh mama, menghempaskannya kelantai. Membuat wanita itu tersungkur.
Kak Raka tak terima dan langsung terjadi perkelahian antara papa dan kak Raka. Aku ingin sekali menghentikkannya. Tapi aku takut.
Ntah setan apa yang merasuki tubuh kak Raka sehingga dia nekat menusuk papa dengan pisau curter yang ada dimeja rias kak Icha.
Papa terjatuh dan pingsan karena banyak mengeluarkan darah. Mama hanya bisa terdiam melihat kejadian barusan. Sedangkan kak Raka, pisau itu jatuh dari tangannya .
Aku hanya bisa menangis menyaksikan kejadian itu. Dan saat itu pula, seakan semuanya telah musnah.
Papa dan kak Icha telah meninggal dengan hal yang tak wajar.
Mama terpaksa direhabilitasi kerumah sakit jiwa karena pristiwa yang menyedihkan itu.
Kak Raka dipenjara akibat membbunuh papanya sendiri.
Dion, adik bungsuku pun ikut menyusul kak Icha kesurga. Karena tidak ada yang mengurusnya sehingga ia mati.
Sedangkan aku, aku terpaksa dibawa kepanti asuhan.
Tempat ini begitu asing bagiku. Rasanya, sangat aneh. Apalagi melihat tatapan mereka yang tidak bersahabat.
Hingga aku besarpun, aku tetap di panti asuhan. tak ada seorangpun yang mau mengapdosiku sebagai putri mereka.
Aku hanya bisa pasrah dan sabar. Ini cobaan bagiku.

9 tahun, bukanlah waktu yang singkat. Tapi aku masih tidak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian yang sangat mengerikan. Dan semenjak aku dipanti asuhan, aku jarang melihat mama maupun kak Raka.
Disekolah ku pun, sama. Tetap terasa asing. Karena kejadian dulu, membuatku susah berinteraksi dengan orang lain. Sehingga tak jarang mereka menyebutku ' anak aneh maupun anak authis '
Dan tak ada satupun dari mereka yang mau menerima ku sebagai teman, kecuali evelin.
Dia gadis cantik dan bersahabat. Dia siswi baru pindahan disekolahku.
Walau aku terlalu kaku, tapi cuma dia yang paham. Dan dia juga menerima keadaanku. Dan ntah kenapa pula, aku merasakan cinta pada pertemanan ini. Dan tak jarang aku sangat terbuka dengan dia.
Masih kuingat, saat aku dibully oleh teman sekelas, evelin lah yang membela ku saat itu.

' ibu ingin tau, apa cita-cita kalian ' suatu waktu bu Retno bertanya kepada siswanya.
Semuapun menjawab cita-cita mereka dan tiba giliranku. Aku maju kedepan dengan gugup. Tapi melihat senyuman evelin yang terus mensupport ku membuat aku berani.
'' aku.. Ingin menjadi.. Seseorang yang bisa .. Menginspirasi .. Banyak orang ''
Seketika, teman-teman sekelasku menyoraki ku bahkan tak jarang membully ku.
'' mana bisa anak authis menjadi inspirator ''
Melihat aku yang dibully membuat evelin marah. Dia menggebrak meja dengan kuat.
'' hey, kalian tidak sepantasnya menghina dia. Setiap orang berhak bercita-cita apa saja. Sekalipun dia anak authis. Bahkan tak jarang, orang yang kalian hina saat ini yang akan sukses dimasa yg akan datang kelak. '' semua terdiam.

***
Hari-hariku sedikit berubah karena kehadiran evelin. Seorang sahabat sekaligus kakak yang seperti malaikat. Evelin seperti kak Icha, yang selalu ada untukku.

'' aku... Kangen Mama dan,, kak Raka, Lin '' ujarku.
Evelin hanya tersenyum. Diambilnya tanganku.
'' sepulang sekolah nanti, kita jenguk mereka yah '' aku hanya mengangguk. Evelin memelukku. Pelukkan yang selalu aku rasakan dulu saat kak Icha memelukku.


Evelin terus menarik tanganku. Dia terus berusaha meyakinkan aku. Bahwa kak Raka tidak sejahat dulu.
Ntahlah, rasa takut itu kembali menghantui ku. Ini kali pertamanya bagiku menjenguk kak Raka.
Aku melihat sekilas tempat pertemuan antara orang lain dan tahanan. Begitu menakutkan bagiku.

'' siapa ?'' suara itu mengagetkan aku. Aku berusaha tersenyum dan rileks. Tapi tetap saja aku selalu canggung.
'' kak.. Kak Raka '' tanpa kusadari lagi, air mataku jatuh. Kak Raka segera memelukku. Aku tertegun, karena ini kali pertamanya lah kak Raka memelukku semenjak dia berubah.
Kami masih hanyut dalam sedih dan kerinduan. Evelin yang melihat kami ikut terharu dan pergi keluar untuk memberikan kami kebebesan untuk berbicara.

'' kamu baik, Dek ?'' aku hanya mengangguk. '' maafin kakak, udah gak becus jadi kakak kamu. '' aku hanya diam. '' gimana keadaan mama ?'' tanya kak Raka. Aku hanya menggeleng. '' kamu belum sempat jenguk mama ?'' lagi-lagi aku menggeleng. '' nanti, kalau kakak udah keluar, kita jenguk sama-sama yha '' aku mengangguk.

aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Dari dulu, aku selalu diam.
'' lebih baik kamu pulang '' aku tetap diam. '' jaga dirimu baik-baik. '' aku mengangguk lagi. Aku mulai berdiri dan meninggalkan kak Raka. Tapi baru beberapa langkah, kak Raka memanggilku.
'' Dek. Tetap pada pendirianmu. Lakukan apa yang harus kamu lakukan. Ingat, kamulah yang terbaik. Walau diluar sana banyak yang membencimu. Tapi ingat, masih banyak yang sayang sama kamu. Termasuk kakak. Jadilah dirimu seperti bintang yang terus bersinar '' ucapan kak Raka membuat aku kembali menangis. Aku segera berbalik dan mendekapnya lebih lama lagi. Kak Raka berusaha menyembunyikan kesedihannya. Dipeluknya aku erat. Sangat erat.

***

Aku begitu mencintai ketenangan dan kedamaian. Dulu aku begitu mencintai kesendirianku. Namun, semenjak kehadiran evelin dikehidupanku, dia sedikit merubahku. Mencoba agar aku mau berinteraksi dengan dunia.
Masih kuingat perkataan evelin dulu.

'' hidup ini terlalu indah untuk kita lewati begitu saja. Kesendirian hanya akan membuat kita takut keluar. Dunia tidakkan kejam jika kita mau berteman dengannya. Berdamailah, berdamailah dengan hatimu juga dunia mu, Dera ''

Aku berdiri ditepi danau yang indah. Kufikir perkataan evelin benar, tapi tetap saja menyakitkan.
Bagaimana caranya aku untuk berteman dengan dunia ? Apalagi berdamai dengannya. Ini sungguh sulit bagiku. Yang kubutuhkan hanya penuntun hidupku. Tapi semuanya pergi, meninggalkanku.


'' aku,, tidak suka keramaian lin ''
'' sekali saja Der. Aku ingin menghabiskan waktuku bersamumu ''
Aku hanya diam saat itu. Sungguh aku membenci keramaian. Tapi melihat evelin, wajahnya begitu memelas. Aku mengangguk kecil. Evelin tersenyum.

***

Baru kali ini aku menginjakkan kakiku disebuah bazar mewah. begitu banyak orang ketempat itu. Hatiku kembali menciut. Rasa takut itu menjalar kembali padaku. Inginku lari menjauh dari tempat itu. Tapi Evelin menahan tanganku. Ia menggeleng, meyakinkanku dengan senyumannya yang tenang.
Aku mengangguk. Jujur, aku takut dengan keramaian. Merasa risih dengan tatapan-tatapan sinis mereka. Tapi evelin tetap memegang tanganku. Memberikanku energi positif, bahwa semua akan baik-baik saja.

Waktu terus saja berputar. Langit-langit senja merah begitu indah. Baru kali ini aku menyukai keramaian. Mungkin benar, tak selamanya dunia itu kejam. Jika kita mau berdamai, pasti dunia itu indah.
'' terima kasih ''
Evelin hanya tersenyum dan mengangguk. Aku terus menikmati indahnya dunia. Bodoh, kemana saja aku selama ini. Menyendiri. Berusaha sembunyi dari kenyataan. Tak selamanya Dunia itu jahat. Tak selamanya pula kenyataan itu pahit.
Evelin yang melihatku begitu bahagia, sangat senang. Baru kali ini dia melihat sahabatnya tersenyum lepas melihat dunia yang sesungguhnya.

'' terus seperti ini, Der. Raih mimpimu. Jadilah gadis yang kuat dan tegar. Dan jadilah, seseorang yang bisa menginspirasi banyak orang. Dan semua orang akan mendengarkanmu. Kamu yang terbaik Dera. ''
Evelin memelukku dari belakang. Aku mengangguk mengiyakan ucapan Evelin.

'' jika aku sukses menginspirasi banyak orang. Aku mau kamu orang pertama yang melihatku,Lin. '' pintaku.
Evelin terlihat sedih. Ia melepaskan pelukkannya dan duduk dibangku taman. Aku melihatnya lain hari ini. Tidak seperti biasanya.
Ku tatap Evelin dalam. Mencari-cari apa yang terjadi.

'' maunya seperti itu, tapi..''
'' tapi apa ? ''
'' tapi..tapi ''
Kulihat Evelin menangis.
'' kau takkan pergi kan ? ''
'' maafkan aku ,Der ''
'' kamu Kejam, kamu jahat Lin '' umpatku.

Aku berlari sekuat tenaga ku. Jahat ! Semua jahat. Kenapa semua harus pergi meninggalkanku. Mengapa tak ada yang sayang sama ku ? Kenapa kehidupan ini sungguh menyiksa. Kehidupan ini membuatku terluka .

***

Aku berjalan lurus dengan mata yang dipejamkan . Menikmati setiap aroma bunga yang diberikan. Wangi yang khas membuatku menyukainya. Tangan-tangan ku terus memegangi setiap bunga yang ada. Kesendirian. Akhirnya aku kembali pada titik itu lagi. Sendiri.
Apa aku hidup hanya untuk sendiri ? Kenapa semua orang yang aku sayang satu persatu pergi meninggalkanku.

'' Dera '' panggilan itu menghentikkan ku.
Evelin. Dia sekarang ada didepanku, tak jauh dariku. Dia berlari dan langsung memelukku.
'' i'm sorry, Derra. Aku harus pergi. Studiku telah selesai disini. Aku harus kembali kenegaraku. Aku mohon, kamu jangan marah. Aku juga tak ingin berpisah denganmu. Sahabat yang aku sayang. ''
Aku menangis. Evelin menyeka airmataku. Diletakkannya kedua tangannya dipipiku.
'' ada atau tidak adanya aku. Kamu harus tetap seperti sekarang. Aku ingin terus melihatmu tersenyum lepas tanpa adanya beban. Aku mau melihat dirimu meraih impianmu. Mungkin aku tidak bisa melihat secara langsung. Tapi aku bisa merasakannya Der. ''
Kupeluk Evelin. Seperti saat terakhir kali aku memeluk Kak Icha.

***

Sekarang, aku telah menentukan pilihan hidupku. Apa yang kuinginkan dulu. Kini terwujud.
Kini aku menjadi seorang wanita Inspirator yang sangat terkenal. Dulu, mungkin aku malu berinteraksi apalagi menceritakan kisah hidupku. Tapi sekarang tidak. Karena kisah hidupku, kini aku bisa menginspirasi orang-orang. Memberikan makna lebih tentang kehidupan.
Mungkin dulu aku tak berani mengartikan kehidupan yang kejam. tapi sekarang tidak. Karena aku selalu teringat dengan kata-kata orang yang kusayang yang menjadi motivasiku.
Seperti kata kak Icha '' aku harus pergi, dan mencari kebahagiaanku ''
Dan kak Raka juga berkata ''kalau aku harus Tetap pada pendirianku. Lakukan apa yang harus aku lakukan. karena akulah yang terbaik. Walau diluar sana banyak yang membenciku. Tapi ingat, masih banyak yang sayang sama aku. Termasuk kak Raka. aku akan menjadi seperti bintang yang terus bersinar ''
Dan terakhir Evelin '' hidup ini terlalu indah untuk kita lewati begitu saja. Kesendirian hanya akan membuat kita takut keluar. Dunia tidakkan kejam jika kita mau berteman dengannya. Berdamailah, berdamailah dengan hatimu juga dunia mu, Dera ''
'' terus seperti ini, Der. Raih mimpimu. Jadilah gadis yang kuat dan tegar. Dan jadilah, seseorang yang bisa menginspirasi banyak orang. Dan semua orang akan mendengarkanmu. Kamu yang terbaik Dera. ''

dan sekarang aku semakin yakin. Jika kita bisa berdamai dengan hati dan dunia. Maka, dunia itu ada ditangan kita. Dan kehidupan itu ada dihati kita.
Jangan pernah takut melangkah untuk Menentukan hidup kita. Karena, aku selalu mengatakan, bahwa
Aku penguasa atas diriku.
Pengendali atas emosiku.
Penuntun dalam jalanku. Dan Aku takkan berhenti melangkah.
Karena aku, adalah atas apa yang ada pada diriku :)

The_end