Catatan sang Penulis

Rabu, 28 Januari 2015

Terbiasa...!!!



Patah hati ! ternyata kata itu sudah biasa bagiku. Dua kata yang amat dihindari oleh orang banyak. Bahkan orang gila sekalipun, tidak menginginkan yang namanya Patah Hati ! Jelas, patah hati itu sakit. Sakit sekali, seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Dan aku sudah terbiasa dengan rasa itu.
Aku memandang rumput kecil dihalaman, mencoba mengingat kembali sejak kapan aku Patah hati. Dan mulai terbiasa dengan kata itu ? tapi, rasanya sulit bagiku mengingat semuanya. Yang jelas sakit itu telah menjadi temanku. Aku patah hati, bukan karena aku ditolak, apalagi di khianati oleh seseorang. Melainkan, karena diam ku.
Aku… terbiasa diam ketika kumencintai seseorang. Tidak berani mengatakannya, apalagi memperlihatkan rasa cintaku kepadanya. Sehingga, aku jatuh dan terpuruk. Dan hanya bisa mencintai tanpa dicintai. Aku tidak tahu kenapa selalu seperti ini. Apa karena aku gadis yang pemalu atau aku terlalu bodoh ? menahan semua gejolak rasa yang terus datang tanpa diminta. Aku hanya bisa mencuri pandang ketika ia tidak melihatku atau aku hanya bisa menatapnya dari jarak yang sangat jauh.
Seperti saat ini, ditaman tempat aku berpijak sekarang, aku hanya bisa menatapnya dari jauh. Memperhatikannya dengan rasa yang terus berpacu seperti kuda. Tapi lagi-lagi kukatakan, aku sudah terbiasa dengan rasa dan keadaan ini. Ku alihkan pandanganku, menatap kembali rumput-rumput kecil. Terkadang aku berfikir, kenapa kisah percintaanku selalu berakhir seperti ini. Berakhir tanpa kejelasan. Karena diamku. Jika terus-terusan seperti ini, sampai kapanpun, akan terus begini. Bukan orang lain yang membuat aku patah hati. Tapi diriku sendiri yang membuat keadaan ini semua berantakan. Jujur ku akui, aku tidak seberani mereka, yang bisa mengatakan lebih dulu. Karena aku bukanlah mereka. Dan kukatakan lagi, walaupun aku sudah terbiasa dengan rasa ini, tapi aku tetap sakit !. bertambah sakit lagi ketika aku melihatnya kini sedang berdua-duaan dengan seorang gadis yang jauh lebih cantik dariku. Dan jelas ini membuat nyaliku menciut dan aku mengaku mundur perlahan-lahan, karena aku sadar aku tidak sebanding dengan gadis itu. tanpa sadar airmataku jatuh. Ini kesekian kalinya aku menangis, menangisi dirinya yang sedang berbahagia.
“ kalau kamu memang cinta, ungkapkan aja jangan pernah dipendam “
Aku melihat siapa yang berbicara. Tersirat senyuman indah diwajahnya. Aku berusaha menahan airmata ini agar tidak jatuh. Namun, lelaki yang ada disampingku segera mendekapku.
“ sakit kak, hati aku sakit. Kenapa aku selalu mendapatkan rasa sakit ini, apa aku tak layak untuk dicintai ? “ uajrku terbata dengan airmata yang terus bercucuran. Lelaki yang kupanggil kakak itu pun mengusap punggungku sambil mencium kepalaku yang ditutupi oleh jilbab putihku. “ aku sayang dia, tapi aku tidak berani mengatakannya “ lanjutku
Dilepaskannya pelukkannya. Ditatapnya mataku amat dalam dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya.
“ mencintai, bukan harus memilikinya. Nikmati saja rasa yang datang padamu, karena saat kau menikmatinya, rasa itu akan seperti teman bukan beban. Hingga satu saat rasa itu akan berhenti dan menepi, karena ia telah menemukan yang pas. Kakak yakin, kamu adalah gadis yang kuat “
Aku terdiam, dan merenungi setiap kata-katanya. Jika seperti itu, maka akan aku lakukan. Menikamatinya dan membiasakannya untuk menjadi teman bukan beban

Selasa, 13 Januari 2015

Senyuman Itu


SENYUMAN ITU...

Kufikir ini hanyalah perasaan biasa saja. Kekaguman seorang akhwat terhadap akhlak mulia seorang ikhwan. Ternyata salah, perasaan ini terus tumbuh hingga menimbulkan rasa sakit didada. Kufikir, aku sakit jantung. Ternyata lagi-lagi aku salah. Ini bukan sakit jantung, tapi ini cinta.

Setelah habis pulang kuliah, aku selalu bersemangat menuju ke mushollah. Karena saat itu aku bisa melihatnya, terutama senyuman manis yang terukir indah dibibirnya.Setiap kali berdekatan dengannya, degupan jantung ini semakin kencang berdetak, diri bagaikan melayang jauh.
Detik-detik terus kulalui bersamanya dan Kami sering menghabiskan waktu untuk melaksanakan mentoring dan membahas hal-hal yang tidak kami ketahui. Dan disaat itulah benih-benih cinta yang dianugerahkan Allah tumbuh untukku padanya.

Setiap hari bahkan dalam 5 waktu ku selalu kusebut namanya yang selalu menghiasi setiap sudut doaku. Deraian airmata terus bercucuran mengingat betapa besarnya cintaku ini terhadapnya. Namun waktu terus bergulir dengan cepatnya. Sekarang ia sibuk dengan skripsinya, sehingga membuat ku sulit untuk berjumpa dengannya.
Perih,sakit ! itu sudah pasti. Tapi ku selalu mendoakan yang terbaik untuknya. Karena kuyakin akan janji Allah pada umatnya.
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)’’ (Qs An-Nur 26)

Tepat pada hari ini, dimana ia akan wisuda. Ingin rasanya aku melihatnya saat-saat ia diwisuda. Memberikan selamat atas kerja kerasnya selama ini. tapi aku tak bisa. Hanya surat inilah sebagai perantara diriku yang kutitipkan kepada temanku.
“ aku titip surat ini ya untuknya “ pintaku pada temanku dan segera mengambil surat yang kuberikan. Ia tersenyum.
“ pasti kusampaikan kok.” Jawabnya “ kamu harus tetap semangat ya. Ada gak ada dirinya, kamu harus tetap menjalani hidup ini. kalau jodoh gakkan kemana. Dan kamu juga bilang, bila Allah menakdirkanmu untuk terus melihat senyumannya, maka Allah akan memberikan senyumannya untukmu “ ujarnya. aku tersenyum.
***
Dia berjalan keluar dengan bangga, menghampiri kedua orang tuanya yang sedari tadi menunggunya. Segera ia memeluk kedua orang tuanya. Meluapkan rasa kebahagiaan karena perjuangannya selama 4 tahun tidaklah sia-sia. Temanku berjalan menghampirinya, kemudian memanggilnya.
“ kak “ panggilnya. Dia menoleh dan tersenyum. Temanku menyerahkan amplop berwarna biru kepadanya. Ia mengambil amplop itu dan memandang kearah temanku.
“ dari Sari, dibaca yah setelah sampai dirumah. “ pinta temanku itu. Kemudian ia melangkah menjauh meninggalkannya sendiri. Ia menatap amplop biru itu, menatap penuh rasa heran.

***
Assalamualaikum wr. Wb.
Kepada ikhwan terkasih yang dicintai Allah SWT.
Setiap hembusan nafas dalam 5 waktuku, selalu namamu yang menghiasi doaku.
Kekaguman hati membawakanku pada perasaan itu..
Perasaan cinta anugerah dari sang Illahi
Berawal dari senyumanmu kemudian turun kehati atas izin Illahi.
kusampaikan pesan rindu yang selama ini tak kesampaian.
Kepadamu ikhwan terkasih, asal engkau tau..
Sudah lama ku memendam rasa ini, berusaha mencintaimu setulus hati, walau ku tau kau tak membalas
Tapi kuselalu setia menanti, berharap janji Allah kan terpatri pada kita nanti.
Dan asal engkau tahu, selama ini aku merinduimu, menahan sakit karenamu.. dan terus mencintaimu karena Allah Ta’ala.

Dari diriku..
Yang terus mencintaimu karena Allah Ta’ala.






Rabu, 04 Juni 2014

SALAHKAH PERASAAN INI ?



Senja mulai menampakkan langit merahnya. Matahari mulai kembali keperaduannya. Burung-burung mulai terbang kesana-kemari untuk kembali kesangkarnya. Langit mulai menghitam disertai rintikan hujan yang perlahan mulai turun. Mobil-mobil dan kendaraan lain terus berlalu lalang dijalanan agar segera sampai ketempat tujuan.
Yah.... kota ini selalu ribut oleh suara-suara mesin. Kota metropolitan yang sangat terkenal kesibukannya. Para pedagang kaki lima terlihat sibuk menggelar terpalnya. Pengamen-pengamen , pejalan kaki sibuk mencari tempat teduhan. Namun tidak dengan seorang Gadis yang sedang berlari dipinggir jalan dengan keadaan yang sudah basah kuyub. Dibelakangannya terlihat seorang lelaki sedang mengejarnya. Layaknya film india , mereka berlari dibawah hujan yang sedang turun tanpa menghiraukan pandangan orang-orang yang melihatnya. Gadis itu terus berlari sekuat tenaga agar terhindar dari kejaran lelaki yang ada dibelakangnya. Ntahlah, apa yang terjadi diantara mereka.
“ Callent,, tunggu “ teriak lelaki itu lantang. Namun Gadis itu tetap berlari dan tak  menghiraukan panggilannya.
Tanpa melihat kekanan dan kekiri gadis itu langsung saja menyeberang, dan dari arah berlawanan sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju dengan kencangnya. Tanpa bisa dihentikan, mobil itu menabrak tubuh kecil gadis itu.
Brruukk...
Tubuh mungil gadis itu terpental kepinggir jalan. Sedangkan lelaki yang mengejarnya segera meraih tubuh itu dan memeluknya.
“ Callent, bangun sayang.. bangun ,, jangan tinggalin kaka “ lelaki itu menangis melihat tubuh sang adik yang terkulai lemah dan berlumuran darah .
Tanpa buang waktu, mereka segera mengantarkan gadis itu kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

***
Perlahan-lahan ia mulai mengerjap-ngerjapkan mata mungilnya. Serasa bagai menaiki sebuah komedi putar, kepala ini terasa pusing. Ia berusaha untuk memegang kepalanya, tapi sepertinya tangannya tak dapat bergerak.
Aawwwww....
Ia merintih kesakitan. “ dimana aku, kenapa.. kenapa tangan ku tak bisa digerakkan ? “ gadis itu terlihat panik melihat tangannya tak bisa digerakkan sama sekali. Ia pun mulai menangis meratapi tangannya yang cedera.
“ Callent.. “ panggil seseorang yang terbangun karena mendengar isakan tangisan gadis itu. “ kamu kenapa lent ?” tanyanya
“ kenapa tangan ku sakit saat digerakkan ?, kenapa tangan ini tidak bisa diangkat ? tangan aku gak apa-apa kan kak ? bilang sama callent , kalo tangan callent itu... tangan Callent.. “
“ ssstttttttttt...” lelaki itu meletakkan jari telunjuknya tepat dibibir mungil gadis itu. Lelaki itu mengisyaratkan agar gadis itu tidak meneruskan perkataannya lagi. Lelaki itu menggeleng memohon. Matanya terlihat memerah akibat menahan tangis yang hendak jatuh.
Melihat expresi kakaknya, Callent mengerti dan ia mulai kembali menangis dan tangisan itu terdengar sangat memilukan.
“ tenang, sayang.. tenang “


Sudah hampir seminggu Callent berada dirumah sakit, yah... setelah 3 hari koma, akhirnya ia kembali sadar. Namun sayang, saat terbangun , ia harus menerima kenyataan yang pahit bahwa tangannya mengalami kelumpuhan sementara akibat kecelakaan yang menimpanya . Seorang lelaki bertubuh tegap menghampirinya dengan semangkuk bubur ditangannya. Ia berjongkok tepat didepan kursi roda yang diduduki oleh adiknya.
“ kamu makan yha “ pinta lelaki itu dengan suara yang lembut
“ ngapain kak Bobby kemari ?” ujarnya ketus
“ Callent,, kamu kok ngomong gitu sih ? kaka kesini bawa makanan buat kamu, biar kamu makan. Sekarang kamu makan yha ?” pintanya lagi
“ hallaahhhh... ngapain kaka ngurusin aku, ini semua karena kaka, kak Bobby senangkan aku sekarang menderita kayak gini ! “
“ Callent, kak Bobby ini kaka kamu, lagian mana mungkin kaka senang melihat adiknya yang sedang kesusahan “
“ hallahhh bulshit,, kalo bukan karna kaka, aku gak kan lumpuh seperti ini, dan kalo bukan karna kak Bobby, aku masih bisa ikut ngedance seperti biasanya. Jangankan untuk ngedance, untuk memutar kursi roda ini pun aku gak sanggup “ ujar callent dengan nada tinggi. Buliran-buliran bening mulai turun membasahi pipinya.
“ kamu harus sabar sayang, ini bukan lumpuh permanen, asal kamu rajin untuk terapi. Semua butuh waktu “ Bobby berusaha menghibur hati adiknya yang sedang terluka.
“ butuh berapa waktu aku harus menunggu kak, hah ! tetap aja kan, aku gak bisa melakukan aktifitas seperti biasa, dan aku gak bisa ikut ngedance diacara yang aku nanti-nanti kan selama ini . Dan pastinya, posisiku udah direbut oleh cewek sialan itu, ya kan ? huh.... dia emang udah ngerebut semua yang gw punya, termaksud ngerebut kaka gw, sampai-sampai kaka gw sendiri berubah sama gw !” seru gadis itu.
“ Callent.. jangan kurang ajar kamu “ Bentak Bobby . sudah cukup batas kesabaranya mendengar makian dari mulut adiknya sendiri.
Gadis itu menatap tajam kearah Bobby, yha.. betapa sangat kecewanya ia terhadap kakanya itu.

***
“ kamu memang anak yang hebat Callent, dalam waktu 2 bulan tanganmu sudah mulai membaik, ini sangat jarang terjadi “ puji dokter frans yang merawat callent selama terapi.
“ terima kasih dok “ ujar Callent berterima kasih
“ tapi ingat ! kamu masih perlu perawatan dan istirahat yang cukup. Hindari gerakan-gerakan yang berat dan kamu jangan menari dulu untuk beberapa waktu kedepan yang bisa membuat tangan kiri mu kembali cedera. Dan asal kamu tahu Callent. Jika kamu melanggar, bukan cedera lagi yang kamu dapat, mungkin kamu akan kehilangan tangan kiri mu selamanya, yaitu lumpuh permanen. “ dokter Frans memberikan peringatan kepada Callent.
Callent hanya tersenyum, kemudian ia mengangguk dan mulai meninggalkan ruangan itu.

Gadis itu berjalan dengan pandangan kosong. Ntah apa yang sedang difikirkannya, hmm.. mungkin meratapi tangan kirinya yang sampai bila akan sembuh total. Karena sibuk dengan fikiran sendiri, ia sampai tidak sadar ada orang didepannya dan..
Brukkkk...
Mereka saling mundur satu langkah kebelakang. “ lu kalo jalan tu pake ma.... elo “ ujar Callent yang sadar siapa yang menubruk tubuhnya.
“ Callent “ sapa gadis itu ramah dengan senyuman manisnya.
Callent segera membuang muka yang malas melihat wajah gadis yang ada dihadapannya sekarang.
“ tangan kamu udah sembuh yha ? “ tanya gadis itu ramah
“ ngapain lo disini “ ujarnya ketus
“ gw habis dari toko kue “ jawabnya. Callent melirik sekilas bungkusan kue yang dibelinya. Terlihat ada bacaan brownies dikotak kue itu.
 “ Huhhh.... pasti untuk Bobby “ desahnya dalam hati.
“ lo sendiri, habis dari mana ? “
“ bukan urusan lo “ ketus Callent dan pergi meninggalkan gadis itu.

***
Terlihat Bobby sedang mengajari muridnya tentang koreografi untuk dance yang akan ditampilkan disuatu acara yang sangat bergengsi.
“ ok.. latihannya cukup sampai disini dulu, kita break sebentar “ aba-aba Bobby kemudian berjalan kearah tasnya dan mengambil minuman didalam tasnya.
Callent yang berdiri dari tadi melihat kakaknya, hendak menghampirinya. Namun, saat ia ingin melangkah, dilihatnya gadis yang dijumpainya tadi juga berjalan kearah Bobby. Kembali Callent mengurungkan niatnya. Ditatapnya gadis itu dengan tatapan kebencian. Kemudian ia beranjak meninggalkan tempat itu .

“ Bobby “ panggil gadis manis yang berdiri dibelakangnya.
“ kemi “ tersirat senyuman manis saat melihat gadis yang kini ada dihadapannya. “ udah lama ?” tanyanya
“ gak, aku baru aja nyampe “ jawab gadis yang mempunyai nama Akemi. Gadis keturunan jepang dan mempunyai kulit putih dan mata sipit dan juga mempunyai suara yang halus dan lembut . Ia menyodorkan sebuah kotak kue yang dibelinya tadi.
“ wahh brownies, ini buat gw ?” tanya Bobby yang sangat antusias saat melihat isinya adalah brownies kesukaanya. Gadis itu hanya mengangguk lalu tersenyum.
“ kita duduk disitu yukk,, sambil makan ini “ kemudian mereka berjalan ketempat yang ditunjuk oleh Bobby.
“ hmmm enak banget, nih kamu coba “ Bobby menyodorkan kue itu kemulut kemi.
“ hmm... si Callent mana sih ? katanya mau kemari, kok gak nongol-nongol juga yha ?” tanya Bobby yang khawatir adiknya belum datang. Ia sudah mencoba menghubunginya, tetapi tidak aktif.
“ tadi aku berjumpa dengannya didepan toko kue Bobby “ ujar Kemi memberitahu. Seketika Bobby menghentikan kunyahannya dan beralih menatap Kemi, kekasihnya.
“ terus,, dia ada ngomong sama kamu ?” tanya Bobby yang penasaran. Gadis itu hanya menggeleng pelan kemudian tersenyum.
“ seperti biasa, ia selalu ketus kepada ku. “ kemi menunduk sedih
“ sudahlah Kemi, Callent memang seperti itu orangnya. Jangankan sama kamu, sama aku juga seperti itu. “ hibur Bobby
“ tapi dia takkan begitu padamu, jika kamu tidak dekat dengan aku Bobby. Ketahuilah, bahwa callent itu cemburu padaku. Ia tak ingin aku terlalu dekat dengan mu. “
“ kamu bicara apa sih ? Callent itu adik aku, jadi untuk apa dia cemburu sama aku ? “ jelas Bobby
“ aku wanita, jadi aku bisa merasakan apa yang dia rasakan Bob. Kembalilah kedirinya, ia sangat membutuhkan mu dibandingkan aku. Aku ikhlas. Dia mencintai mu “
“ semakin lama, bicara kamu itu makin ngawur tau gak ! udah deh, gw jadi malas bahas ini !” Bobby berdiri dan meninggalkan Akemi sendirian ditempat itu. Kemi hanya bisa mendesah pasrah, karena ia tau yang sebenarnya, bahwa Callent sangat mencintai Bobby, lebih dari seorang kakak. Dan itu yang membuat Callent sangat membenci dirinya, karena Bobby lebih memilih dirinya dibandingkan Callent.
“ andaikan kamu tau yang sebenarnya Bobby “ desah Kemi dan mulai menangis .

***
Callent melampiaskan amarah dan kebenciannya dengan menari sebebasnya. Ia tak memperdulikan tangannya yang masih sakit, dan ia juga tak menghiraukan peringatan dari Dokter Frans. Yang ada dalam benaknya adalah melampiaskan kekesalannya dengan menari sesuka hatinya. Air mata terus mengalir deras dari kelopak matanya . ntahlah sudah berapa lama ia menari. Ternyata suara musik itu mengalun sangat keras dan terdengar sampai ruang tamu. Bobby yang baru pulang dan merasa pengang mendengar suara keras itu segera pergi mencari sumber suara. Ternyata itu dari kamar adiknya. Ia menggedor-gedor pintu kamar sang adik, namun tak ada respons dari dalam. Perasaan khawatir mulai menyelimuti perasaan Bobby. Ia takut adiknya melakukan hal nekat yang tidak dia inginkan. Bobby kembali menggedor pintu sekuat tenaga, tetapi tetap nihil. Bobby mulai kehabisan akal, pikirannya kalut karena takut terjadi sesuatu kepada adiknya. Akhirnya ia mencoba mendobrak pintu itu. Pada dobrakan ketiga, akhirnya pintu itu terbuka. Betapa kagetnya Bobby saat melihat Callent menari. Ia segera mematikan tape lalu berjalan menghampiri adiknya. Dipeluknya adiknya dengan erat. Callent tersentak. Didorongnya tubuh kekar itu. Ditatapnya lekat-lekat wajah kakak sangat ia cintai itu.
“ apa kamu sudah gila !” bentak Bobby “ itu sama aja membahayakan diri kamu sendiri Lent !” lanjutnya lagi
“ apa peduli mu “ ujarnya ketus. Sakit memang saat berkata ketus kepada lelaki yang ia sayang. Tapi itu terpaksa ia lakukan agar bisa membenci lelaki itu.
“ jelas aku peduli karena aku kakakmu !”
“ kau bukan kakakku !”
Bagai disambar petir saat Bobby mendengar perkataan adiknya tadi. Tanpa sadar, tangan kekar milik Bobby melayang tepat dipipi mulus Callent.
Pllakkkk....
Callent tertegun. Begitupun dengan Bobby. Ia masih tidak menyangka akan melakukan hal itu. Bobby berjalan mendekat ke Callent. Namun Callent mundur. Ia sangat kecewa apa yang telah dilakukan oleh kakaknya barusan.
“ Callent.. ma...maafin kaka “ pundung Bobby
“ aku kecewa sama kamu Bobby ! dulu, kamu selalu janji akan menjaga dan melindungi ku ! dan kamu juga janji gak akan pernah membuat hati aku sakit ! dan kamu juga janji , rasa sayang mu itu hanya untukku ! tapi APA ! KAU JAHAT ! KAU INGKARI SEMUANYA ! KAU MALAH JUSTRU MEMBUAT HATI KU SAKIT ! KAU MEMBUAT AKU KECEWA ! DAN KAU...KAU TAK PERNAH MEMBERIKAN LAGI RASA SAYANGMU PADA KU, SAAT KEHADIRAN WANITA SIALAN ITU. “ ujar Callent mengeluarkan seluruh keunekannya. “ stop ! jangan untuk mencoba dekati aku “ titah nya
“ aku tak pernah untuk mengingkari semua itu Callent . percaya sama aku. Aku tau aku salah . tapi please... aku sayang sama kamu Callent. Kamu lah keluarga satu-satunya yang aku punya setelah mama dan papa pergi. Kamu adik yang sangat aku sayangi. Kamu bidadari kecilku callent “ ujar Bobby begitu pilu. Callent hanya bisa menangis saat Bobby berkata seperti itu. Dan yang lebih membuatnya sakit adalah saat Bobby mengatakan bahwa dia sangat menyayanginya sebagai adik .
“ ohhh Bobby. Mengapa kau begitu bodoh ! apa kau tak bisa melihat wajah dan mata ini ? kita berbeda !” batin Callent. Air mata terus mengalir dari kelopak matanya.
“ Callent,, jawab aku callent. Kamu gak membenci aku kan ? aku kakak kamu lent ?”
“ ok.. kalau kamu memang sayang sama aku . “ Bobby lega saat mendengar ucapan Callent. “ tapi dengan syarat ! kakak harus ninggalin Akemi !” seketika senyuman itu memudar saat Callent melanjutkan ucapannya lagi. Yha.. mengapa tidak ! dia harus meninggalkan Kemi, gadis yang sangat ia sayang dan cintai itu.
“ gak.. kaka gak bisa melakukannya Lent “
“ ok kalau kaka gak bisa. Dan aku juga gak bisa untuk memaafkan kaka. “ Callent segera meraih tasnya dan pergi dari tempat itu. Bobby segera mengejar dan menarik tangan adiknya. Namun segera dihempaskan oleh Callent.
“kamu mau kemana ?” tanya Bobby
“ bukan urusan mu ! semua udah jelaskan ? kamu lebih memilih Kemi dibandingkan aku “
“ gak Lent, kamu dengar dulu.. aku sayang kamu . kamu gak boleh pergi . kamu adik aku “
“ tapi sayangnya, aku bukan lagi adikmu. “ Callent segera pergi meninggalkan Bobby yang masih terdiam ditempat itu.

***
Ntah bagaimana lagi caranya agar air mata ini tak lagi menetes. Semakin ditahan, semakin banyak pula air yang terus mengalir. Callent terus berjalan tanpa tujuan pasti. Saat ini , ia hanya ingin lebih menenangkan fikirannya. Akhirnya, Callent duduk sambil memegangi lutut di pinggir jalan. Tak peduli lagi dengan pandangan orang yang melihat maupun menganggapnya gila. Yang jelas, ia ingin meluapkan segalanya dengan menangis sepuas-puasnya. Saat sedang termenung, sebuah tepukan lembut mendarat tepat dipundak Callent. Ia mengangkat wajahnya. Tersirat kebencian saat melihat wanita itu. Callent segera berdiri, ditatapnya gadis yang ada dihadapannya.
Pllaakkk......
Sebuah tamparan mendarat dipipi cantik Akemi. Kemi kaget dan memegang pipinya yang memerah.
“ puas lo kan ? lo udah merebut semua yang gw punya ! posisi gw ! kehidupan gw ! kebahagiaan gw ! dan lo juga udah merebut orang yang gw sayang !”
“ Lent, aku kesini Cuma... “
“ Cuma apa ? lo mau menertawakan gw kan ? lo senangkan ? lo puaskan sekarang melihat kondisi gw sekarang ? “ Akemi hanya menggeleng sedih
“ gw kesini Cuma mau bilang, kalau gw ikhlas Bobby bersama lo . gw siap mengalah asal lo bahagia      Lent”
“ bulshit, lo jelas-jelas tau kalau Bobby itu lebih milih lo dibandingkan gw ! pokoknya gw benci elo Akemi ! gw benci lo ! dan gw akan membuat lo mati ! “ ujar Callent.
 Ia mendorong tubuh Akemi hingga terlempar ketengah jalan. Saat Akemi menatap kekanan sebuah mobil berkecepatan tinggi melintas dengan kecangnya dijalan raya. Kemi hanya terdiam tak tau harus berbuat apa. Ingin berlari tapi rasanya kakinya mati rasa. Kemi hanya bisa menutup matanya dan terus berdoa dalam hati. Sedangkan Callent tertegun apa yang telah ia lakukan. Saat mobil itu sudah mendekat, Kemi seperti merasa tubuhnya terhempas kepinggir jalan. Ia membuka matanya. Dilihatnya ia baik-baik saja hanya luka ringan.. tetapi...
“ ya Tuhan.... “ pekik Akemi kaget . ia segera berlari kearah pemuda yang telah menolongnya.
“ Bobby.. “ jerit Akemi. Tetapi Bobby hanya diam tak merespons jeritan yang dilontarkan oleh Kemi karena ia telah pingsan. Sedangkan Callent, bumi bagaikan terbelah saat melihat kakaknya menjadi korban akibat ulahnya.
Bobby segera dibawa kerumah sakit diikuti oleh Akemi dan Callent yang berada didalam Ambulance. Kemi menangis tersedu-sedu saat melihat Bobby berlumuran darah. Sedangkan Callent hanya diam seribu bahasa menyesali perbuatannya. Akhirnya Ambulance itu sampai juga dirumah sakit dan segera menurunkan Bobby dari blankar dan membawanya keruang ICU.
Setelah menunggu satu jam lamanya, akhirnya Dokter yang menangani Bobby keluar dengan raut wajah yang sangat lelah. Kedua gadis itu segera memburu sang Dokter.
“ Dok, bagaimana dengan keadaan kak Bobby ?” tanya Callent
“ keadaan Bobby sangatlah kritis. Dan Bobby juga mengalami kebutaan, karena pada saat kecelakaan, kepala Bobby lebih duluan membentur jalanan dan mengenai saraf kornea matanya. “ jelas Dokter tersebut.
Mendengar penuturan Dokter, Callent terduduk lemas dilantai rumah sakit. Ia menangis meraung-raung bak orang kehilangan seseorang.

***
Tak ada yang berubah dari taman ini. Tetap sama seperti 10 tahun yang lalu. Saat ia berumur 8 tahun, ia dan Bobby sering bermain ketaman ini bersama kedua orang tua Bobby. Callent tertawa sendiri saat mengingat masa lalu. Dan ditempat ini jugalah Bobby berjanji akan selalu menjaga, melindungi, dan menyayanginya. Masih terekam jelas semuanya dimemori otak Callent. Sebulir airmata jatuh membasahi wajah cantiknya.
“ ma..pa.. maafin Callent, Callent udah jahat sama kak Bobby, Callent juga udah kurang ajar sama kak Bobby. “ Callent menyeka airmata yang kembali jatuh.” Ma..pa... kenapa ini harus terjadi padaku ? untuk apa aku harus bertemu dengan kalian jika itu akhirnya akan membuat ku sakit ? aku pikir .. selama ini perasaanku salah karena mencintai kak Bobby, ternyata gak ! karena aku sama kak Bobby bukan saudara kandung kan ma..pa..? kalian memungut ku, karena mama gak bisa hamil dan melahirkan lagi kan ? tapi kenapa ? kenapa kalian gak pernah memberitahukannya pada ku dan kak Bobby ? kenapa aku harus tau dari mulut orang lain ma..pa... ? hidupku dilema oleh semua ini “ Callent kembali menangis pilu.
Dipinggiran danau, Callent duduk diatas batu yang besar. Kemudian ia mengeluarkan buku dan pena dari dalam tasnya. Ia mulai menuliskan sesuatu diatas kertas itu.

***
“ apa kamu yakin Lent ?” tanya Dokter Frans dan Dokter Rudi yang berada diruangan tertutup dirumah sakit.
“ yha aku yakin Dokter Frans, om Rudi “ jawabnya yakin
“ mungkin, ini saatnya aku menebus semuanya dan aku harap kalian mau membantu ku “ pinta Callent dengan wajah memelas. Dokter Frans dan Dokter Rudi hanya saling memandang kemudian mengangguk setuju.
Terkembang sebuah senyuman manis dari bibir mungil Callent.

***
“ om akan kehilanganmu “ ujar Dokter Rudi ditaman Rumah sakit. Callent menggenggam erat tangan om yang sudah dianggap orang tuanya sendiri.
“ semenjak papa dan mama meninggal, hanya om yang callent dan kak Bobby punya. Om gak akan kehilangan Callent, malah setelah pekerjaan itu selesai, om akan selalu melihat Callent. “ om Rudi menarik keponakannya kedalam pelukkannya. Walau bukan keponakan kandung, tapi Rudi sangat menyayanginya layaknya anaknya sendiri.
“ makasih om. Sebelum semuanya terlambat dan aku pergi. Om udah memberi tahukan yang sebenarnya tentang aku yang sebenarnya. Aku sempat takut saat aku menyayangi kak Bobby lebih dari seorang kakak. Aku pikir ini gak wajar dan salah. Tapi ternyata, ini gak salah om. Semua ini benar adanya.”

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari dimana Bobby akan menjalani operasi pencangkokkan mata. Semua orang telah menanti diruangan Bobby. Terlihat Akemi juga menunggunya disana. Tidak berapa lama, datang seorang suster untuk membawa Bobby keruang operasi. Ternyata didalam ruangan itu, ada Callent yang telah terbaring dengan memakai pakaian operasi. Ditatapnya blankar milik Bobby. Kembali ia menangis.
“ kak, mungkin Cuma ini yang bisa Bidadari kecilmu lakukan. Untuk menebus semua rasa bersalahku padamu. Aku harap setelah kau siuman nanti, orang yang pertama kau cari adalah aku. Tapi maaf jika aku gak ada disampingmu lagi. Karena aku telah pergi menyusul mama dan papa. Tapi, mata ini akan selalu ada bersama mu” Dokter Rudi yang mendengar itu turut menitikkan air mata. Akhirnya, operasi itu dilaksanakan juga tanpa adanya hambatan sama sekali.

***
4 hari kemudian....
Perlahan-lahan mata itu mulai terbuka. Samar. Tapi lama-kelamaan terlihat jelas. Bobby mulai celingak-celinguk seperti mencari seseorang. Dilihatnya Kemi berada didepannya dengan senyuman manisnya. Tapi pandangannya segera beralih untuk mencari sosok Callent. Tapi sayang tak ada tanda-tanda Callent diruangan itu. Harapan kembali pupus. Padahal saat sadar, Bobby sangat ingin, saat ia sadar orang yang pertama dilihatnya adalah Callent.
“ kamu kenapa Bob ?” tanya Dokter Rudi yang melihat keponakannya yang bingung
“ Callent mana om ?” tanya Bobby.
Mendengar petanyaan Bobby, seketika membuat dokter Rudi bingung sendiri. Apa yang harus ia katakan ? bohong atau jujur. Semua berkecamuk dalam hatinya.
“ Dok “ panggil Bobby
“ eh i..iia..”
“ Callent mana ?” tanyanya lagi
“ C... cal..lent..callent..” ujar om Rudi terbata-bata
“ om,, Callent mana ? kok om kelihatan ragu untuk menjawabnya ? ada apa sebenarnya ?” Bobby menatap tajam kearah om nya kemudian beralih menatap kearah Kemi. “ kemi “ panggil Bobby.
Akemi tersentak kaget tidak menyangka bahwa Bobby akan memanggilnya. “ i..ia Bobby “
“ mana Callent ?”
“ Callent, dia,,dia.. ahhh “ Akemi segera mengambil cermin didekat meja kemudian menyodorkannya ke Bobby. Bobby terlihat bingung saat kemi memberikan cermin kepadanya.
“ untuk apa ?” tanyanya
“ lihatlah matamu Bobby, dengan cermin itu “ titah Kemi. Bobby pun menuruti perintah kekasihnya.
Deeeggg....
Jantungnya berdegup kencang saat melihat mata itu. Mata yang sangat ia kenal. Mata yang memiliki bola mata berwarna coklat yang indah. Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh kepipi Bobby. Tubuhnya mendadak lemas.
“ gak... gakk mungkiiinnnnn “ teriak Bobby
Akemi dan Dokter Rudi hanya bisa memeluk dan menghiburnya.

***
Seorang lelaki terlihat sedang berdiri dipinggir danau. Pikirannya terlintas saat masih kecil dulu. Saat dimana Dia dan keluarganya sering berkunjung ditaman ini.
..............
“ kakakkkk tunggu aku “ teriak gadis kecil yang sedang berlari sambil memegang boneka kesayangannya.
“ haduh.. kamu ini, lama sekali ! ayo “ anak lelaki itu menarik tangan gadis kecil itu untuk bermain bersama.
Brukkk....
“ aawwww “ gadis itu terjatuh
“ kamu gak apa-apa ?”
“ kaki aku sakit kak “ gadis itu menangis karena sakit
“ kakak minta maaf, telah membuat mu jatuh dan terluka “ anak lelaki itu meminta maaf dan sangat menyesal telah membuat adiknya jatuh
“ kakak kenapa nangis ? kakak juga gak perlu minta maaf, ini bukan salah kakak. Tapi ini salah Callent yang gak hati-hati saat lari “ ujar Gadis itu. Ia menyeka air mata yang jatuh dipipi kakaknya.
“ tapi kalau bukan karena kakak, kamu pasti gak akan jatuh “
“ gak apa-apa kak “
“ maaf yha Bidadari Kecilku. Kak Bobby janji, kakak akan menjaga serta melindungimu, dan kakak gak akan membuat mu sakit dan terluka lagi dan kak Bobby akan selalu menyayangi mu . Janji !” ujar anak lelaki itu dan kemudian memeluk erat sang adik.
.............
Ia kembali menyeka air matanya yang jatuh. Ntahlah, sudah berapa lama ia tak datang kemari. Ia duduk dibatu dekat pinggir danau. Kemudian melihat surat yang ada di tanganya. Dengan sangat hati-hati, Bobby membuka surat itu agar tak ada yang rusak sedikitpun. Kemudian ia mengeluarkan kertas yang ada didalamnya. Dibukanya lipatan demi lipatan kertas itu lalu membacanya.
Dear kak Bobby sayang..
Sebelum baca surat ini, kaka Bobby harus janji gak boleh nangis lagi
Mungkin, setelah kak Bobby baca surat ini, kak Bobby gak akan pernah melihat Callent lagi.. karena Callent udah pergi ketempat yang jauh dan indah sekali. Dimana tempat itu banyak sekali bunga-bunga dan sejuk. Dan pastinya disana ada Papa dan Mama . sebenernya, Callent ingin kita berkumpul bersama lagi. Tapi itu gak mungkin. Karena kakak masih harus menemani orang-orang yang sayang sama kakak disana.
Emm... sebenarnya bukan ini yang ingin Callent bahas. Sebenarnya Callent ingin minta maaf sama kak Bobby. Karena selama ini Callent udah jahat dan kurang ajar sama kakak. Callent bukan adik yang baik bagi kakak. Tapi Callent melakukan itu semua semata-mata agar Callent benci sama kakak. Callent cemburu kak, saat melihat kakak begitu mesra dengan Akemi. Callent tau itu gak wajar. Tapi Callent juga gak tau kenapa ? yang jelas, Callent sangat cemburu, cemburu sekali. Callent hanya ingin. Kakak menjadi milik Callent yang seutuhnya. Tapi Callent terlalu egois kak. Gak sepantasnya Callent marah sama Kemi yang mendapatkan cinta dari kak Bobby. Sebenarnya Callent juga gak mau kayak gini. Tapi ntah kenapa, tiba-tiba perasaan itu tumbuh dengan sendirinya kak. Callent sangat mencintai kak Bobby lebih dari seorang kakak.awalnya Callent takut, takut perasaan ini salah kak. Karena kita bersaudara. Tapi ternyata nggak kak. Perasaan ini gak salah sama sekali. Dan perasaan ini wajar bila tumbuh dihati. Karena kita bukanlah saudara kandung kak. Aku bukan adik kandung mu.om Rudi yang memberi tahuku. Yha.. pasti kakak gak percaya. Sama halnya seperti aku yang tak percaya. Tapi setelah aku melakukan test DNA yang diam-diam aku lakukan. Ternyata hasil menunjukkan kalau kita benar-benar bukan saudara.saat itu perasaan ku campur aduk kak. Ada sedih dan senang. Sedihnya karena aku tau aku bukan lah adik kandungmu. Sedangkan senangnya karena aku bisa mencintaimu kak Bobby. Tapi satu kesalahan besar yang ku perbuat, yaitu membuat kau celaka sehingga mengalami kebutaan. Aku gak tau harus bagaimana, yang pasti pikiran ku sangat buntu dan tak ingin kau menderita. Makanya aku memberikan mataku sebagai penebus dosa dan salah ku sama kamu kak. Mungkin itu gak seberapa dibandingkan dengan kekurang ajaran ku padamu, tapi hanya itu yang bisa kukasih. Callent harap, kakak bisa menjaga , merawat serta menyayangi mata itu seperti janji kakak ke Callent dulu. Dan kakak harus janji, harus membahagiakan orang-orang yang sayang sama kakak, termasuk Akemi. Menikahlah denganya dan berikan aku keponakan yang lucu dan ganteng seperti kalian. Maaf Cuma ini yang bisa aku sampaikan. Sekali lagi Callent minta maaf kak.
Peluk, cium dan salam rindu dari adikmu,
Callent Anindya

Bobby menarik nafasnya sangat panjang. Ia meremas surat itu. Matanya panas, ingin rasanya menangis dan meluapkan segala kesedihannya. Tetapi ia tak ingin mengingkari janjinya lagi. Sekuat tenaga ia menahan air mata itu.
“ ya.. kakak janji. Kakak akan menepati janji itu Lent. Dan kakak akan menikahi Kemi serta memberikan mu keponakan-keponakan yang cantik dan ganteng. Kakak janji. Dan kakak akan menjaga mata ini. Kakak janji. Dan kakak harap, kamu juga tenang yha disana, kakak akan sangat merindukanmu. “ kemudian Bobby bangkit dan beranjak dari tempat itu. Ia pergi dengan membawa segudang janji yang akan ia tepati suatu saat nanti.

THE _END