Senja mulai menampakkan
langit merahnya. Matahari mulai kembali keperaduannya. Burung-burung mulai
terbang kesana-kemari untuk kembali kesangkarnya. Langit mulai menghitam
disertai rintikan hujan yang perlahan mulai turun. Mobil-mobil dan kendaraan
lain terus berlalu lalang dijalanan agar segera sampai ketempat tujuan.
Yah.... kota ini selalu
ribut oleh suara-suara mesin. Kota metropolitan yang sangat terkenal
kesibukannya. Para pedagang kaki lima terlihat sibuk menggelar terpalnya.
Pengamen-pengamen , pejalan kaki sibuk mencari tempat teduhan. Namun tidak
dengan seorang Gadis yang sedang berlari dipinggir jalan dengan keadaan yang
sudah basah kuyub. Dibelakangannya terlihat seorang lelaki sedang mengejarnya. Layaknya
film india , mereka berlari dibawah hujan yang sedang turun tanpa menghiraukan
pandangan orang-orang yang melihatnya. Gadis itu terus berlari sekuat tenaga
agar terhindar dari kejaran lelaki yang ada dibelakangnya. Ntahlah, apa yang
terjadi diantara mereka.
“ Callent,, tunggu “
teriak lelaki itu lantang. Namun Gadis itu tetap berlari dan tak menghiraukan panggilannya.
Tanpa melihat kekanan
dan kekiri gadis itu langsung saja menyeberang, dan dari arah berlawanan sebuah
mobil berkecepatan tinggi melaju dengan kencangnya. Tanpa bisa dihentikan,
mobil itu menabrak tubuh kecil gadis itu.
Brruukk...
Tubuh mungil gadis itu
terpental kepinggir jalan. Sedangkan lelaki yang mengejarnya segera meraih
tubuh itu dan memeluknya.
“ Callent, bangun
sayang.. bangun ,, jangan tinggalin kaka “ lelaki itu menangis melihat tubuh
sang adik yang terkulai lemah dan berlumuran darah .
Tanpa buang waktu,
mereka segera mengantarkan gadis itu kerumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan.
***
Perlahan-lahan ia mulai
mengerjap-ngerjapkan mata mungilnya. Serasa bagai menaiki sebuah komedi putar,
kepala ini terasa pusing. Ia berusaha untuk memegang kepalanya, tapi sepertinya
tangannya tak dapat bergerak.
Aawwwww....
Ia merintih kesakitan.
“ dimana aku, kenapa.. kenapa tangan ku tak bisa digerakkan ? “ gadis itu
terlihat panik melihat tangannya tak bisa digerakkan sama sekali. Ia pun mulai
menangis meratapi tangannya yang cedera.
“ Callent.. “ panggil
seseorang yang terbangun karena mendengar isakan tangisan gadis itu. “ kamu
kenapa lent ?” tanyanya
“ kenapa tangan ku
sakit saat digerakkan ?, kenapa tangan ini tidak bisa diangkat ? tangan aku gak
apa-apa kan kak ? bilang sama callent , kalo tangan callent itu... tangan
Callent.. “
“ ssstttttttttt...”
lelaki itu meletakkan jari telunjuknya tepat dibibir mungil gadis itu. Lelaki
itu mengisyaratkan agar gadis itu tidak meneruskan perkataannya lagi. Lelaki
itu menggeleng memohon. Matanya terlihat memerah akibat menahan tangis yang
hendak jatuh.
Melihat expresi
kakaknya, Callent mengerti dan ia mulai kembali menangis dan tangisan itu
terdengar sangat memilukan.
“ tenang, sayang..
tenang “
Sudah hampir seminggu
Callent berada dirumah sakit, yah... setelah 3 hari koma, akhirnya ia kembali
sadar. Namun sayang, saat terbangun , ia harus menerima kenyataan yang pahit
bahwa tangannya mengalami kelumpuhan sementara akibat kecelakaan yang
menimpanya . Seorang lelaki bertubuh tegap menghampirinya dengan semangkuk
bubur ditangannya. Ia berjongkok tepat didepan kursi roda yang diduduki oleh
adiknya.
“ kamu makan yha “
pinta lelaki itu dengan suara yang lembut
“ ngapain kak Bobby
kemari ?” ujarnya ketus
“ Callent,, kamu kok
ngomong gitu sih ? kaka kesini bawa makanan buat kamu, biar kamu makan.
Sekarang kamu makan yha ?” pintanya lagi
“ hallaahhhh... ngapain
kaka ngurusin aku, ini semua karena kaka, kak Bobby senangkan aku sekarang
menderita kayak gini ! “
“ Callent, kak Bobby
ini kaka kamu, lagian mana mungkin kaka senang melihat adiknya yang sedang
kesusahan “
“ hallahhh bulshit,,
kalo bukan karna kaka, aku gak kan lumpuh seperti ini, dan kalo bukan karna kak
Bobby, aku masih bisa ikut ngedance seperti biasanya. Jangankan untuk ngedance,
untuk memutar kursi roda ini pun aku gak sanggup “ ujar callent dengan nada
tinggi. Buliran-buliran bening mulai turun membasahi pipinya.
“ kamu harus sabar
sayang, ini bukan lumpuh permanen, asal kamu rajin untuk terapi. Semua butuh
waktu “ Bobby berusaha menghibur hati adiknya yang sedang terluka.
“ butuh berapa waktu
aku harus menunggu kak, hah ! tetap aja kan, aku gak bisa melakukan aktifitas
seperti biasa, dan aku gak bisa ikut ngedance diacara yang aku nanti-nanti kan
selama ini . Dan pastinya, posisiku udah direbut oleh cewek sialan itu, ya kan
? huh.... dia emang udah ngerebut semua yang gw punya, termaksud ngerebut kaka
gw, sampai-sampai kaka gw sendiri berubah sama gw !” seru gadis itu.
“ Callent.. jangan
kurang ajar kamu “ Bentak Bobby . sudah cukup batas kesabaranya mendengar
makian dari mulut adiknya sendiri.
Gadis itu menatap tajam
kearah Bobby, yha.. betapa sangat kecewanya ia terhadap kakanya itu.
***
“ kamu memang anak yang
hebat Callent, dalam waktu 2 bulan tanganmu sudah mulai membaik, ini sangat
jarang terjadi “ puji dokter frans yang merawat callent selama terapi.
“ terima kasih dok “
ujar Callent berterima kasih
“ tapi ingat ! kamu
masih perlu perawatan dan istirahat yang cukup. Hindari gerakan-gerakan yang
berat dan kamu jangan menari dulu untuk beberapa waktu kedepan yang bisa
membuat tangan kiri mu kembali cedera. Dan asal kamu tahu Callent. Jika kamu
melanggar, bukan cedera lagi yang kamu dapat, mungkin kamu akan kehilangan
tangan kiri mu selamanya, yaitu lumpuh permanen. “ dokter Frans memberikan
peringatan kepada Callent.
Callent hanya
tersenyum, kemudian ia mengangguk dan mulai meninggalkan ruangan itu.
Gadis itu berjalan
dengan pandangan kosong. Ntah apa yang sedang difikirkannya, hmm.. mungkin
meratapi tangan kirinya yang sampai bila akan sembuh total. Karena sibuk dengan
fikiran sendiri, ia sampai tidak sadar ada orang didepannya dan..
Brukkkk...
Mereka saling mundur
satu langkah kebelakang. “ lu kalo jalan tu pake ma.... elo “ ujar Callent yang
sadar siapa yang menubruk tubuhnya.
“ Callent “ sapa gadis
itu ramah dengan senyuman manisnya.
Callent segera membuang
muka yang malas melihat wajah gadis yang ada dihadapannya sekarang.
“ tangan kamu udah
sembuh yha ? “ tanya gadis itu ramah
“ ngapain lo disini “
ujarnya ketus
“ gw habis dari toko
kue “ jawabnya. Callent melirik sekilas bungkusan kue yang dibelinya. Terlihat
ada bacaan brownies dikotak kue itu.
“ Huhhh.... pasti untuk Bobby “ desahnya dalam
hati.
“ lo sendiri, habis
dari mana ? “
“ bukan urusan lo “
ketus Callent dan pergi meninggalkan gadis itu.
***
Terlihat Bobby sedang
mengajari muridnya tentang koreografi untuk dance yang akan ditampilkan disuatu
acara yang sangat bergengsi.
“ ok.. latihannya cukup
sampai disini dulu, kita break sebentar “ aba-aba Bobby kemudian berjalan
kearah tasnya dan mengambil minuman didalam tasnya.
Callent yang berdiri
dari tadi melihat kakaknya, hendak menghampirinya. Namun, saat ia ingin
melangkah, dilihatnya gadis yang dijumpainya tadi juga berjalan kearah Bobby.
Kembali Callent mengurungkan niatnya. Ditatapnya gadis itu dengan tatapan
kebencian. Kemudian ia beranjak meninggalkan tempat itu .
“ Bobby “ panggil gadis
manis yang berdiri dibelakangnya.
“ kemi “ tersirat
senyuman manis saat melihat gadis yang kini ada dihadapannya. “ udah lama ?”
tanyanya
“ gak, aku baru aja
nyampe “ jawab gadis yang mempunyai nama Akemi. Gadis keturunan jepang dan
mempunyai kulit putih dan mata sipit dan juga mempunyai suara yang halus dan lembut
. Ia menyodorkan sebuah kotak kue yang dibelinya tadi.
“ wahh brownies, ini
buat gw ?” tanya Bobby yang sangat antusias saat melihat isinya adalah brownies
kesukaanya. Gadis itu hanya mengangguk lalu tersenyum.
“ kita duduk disitu
yukk,, sambil makan ini “ kemudian mereka berjalan ketempat yang ditunjuk oleh
Bobby.
“ hmmm enak banget, nih
kamu coba “ Bobby menyodorkan kue itu kemulut kemi.
“ hmm... si Callent
mana sih ? katanya mau kemari, kok gak nongol-nongol juga yha ?” tanya Bobby
yang khawatir adiknya belum datang. Ia sudah mencoba menghubunginya, tetapi
tidak aktif.
“ tadi aku berjumpa
dengannya didepan toko kue Bobby “ ujar Kemi memberitahu. Seketika Bobby
menghentikan kunyahannya dan beralih menatap Kemi, kekasihnya.
“ terus,, dia ada
ngomong sama kamu ?” tanya Bobby yang penasaran. Gadis itu hanya menggeleng
pelan kemudian tersenyum.
“ seperti biasa, ia
selalu ketus kepada ku. “ kemi menunduk sedih
“ sudahlah Kemi,
Callent memang seperti itu orangnya. Jangankan sama kamu, sama aku juga seperti
itu. “ hibur Bobby
“ tapi dia takkan
begitu padamu, jika kamu tidak dekat dengan aku Bobby. Ketahuilah, bahwa
callent itu cemburu padaku. Ia tak ingin aku terlalu dekat dengan mu. “
“ kamu bicara apa sih ?
Callent itu adik aku, jadi untuk apa dia cemburu sama aku ? “ jelas Bobby
“ aku wanita, jadi aku
bisa merasakan apa yang dia rasakan Bob. Kembalilah kedirinya, ia sangat
membutuhkan mu dibandingkan aku. Aku ikhlas. Dia mencintai mu “
“ semakin lama, bicara
kamu itu makin ngawur tau gak ! udah deh, gw jadi malas bahas ini !” Bobby
berdiri dan meninggalkan Akemi sendirian ditempat itu. Kemi hanya bisa mendesah
pasrah, karena ia tau yang sebenarnya, bahwa Callent sangat mencintai Bobby,
lebih dari seorang kakak. Dan itu yang membuat Callent sangat membenci dirinya,
karena Bobby lebih memilih dirinya dibandingkan Callent.
“ andaikan kamu tau
yang sebenarnya Bobby “ desah Kemi dan mulai menangis .
***
Callent melampiaskan
amarah dan kebenciannya dengan menari sebebasnya. Ia tak memperdulikan
tangannya yang masih sakit, dan ia juga tak menghiraukan peringatan dari Dokter
Frans. Yang ada dalam benaknya adalah melampiaskan kekesalannya dengan menari
sesuka hatinya. Air mata terus mengalir deras dari kelopak matanya . ntahlah
sudah berapa lama ia menari. Ternyata suara musik itu mengalun sangat keras dan
terdengar sampai ruang tamu. Bobby yang baru pulang dan merasa pengang
mendengar suara keras itu segera pergi mencari sumber suara. Ternyata itu dari
kamar adiknya. Ia menggedor-gedor pintu kamar sang adik, namun tak ada respons
dari dalam. Perasaan khawatir mulai menyelimuti perasaan Bobby. Ia takut
adiknya melakukan hal nekat yang tidak dia inginkan. Bobby kembali menggedor
pintu sekuat tenaga, tetapi tetap nihil. Bobby mulai kehabisan akal, pikirannya
kalut karena takut terjadi sesuatu kepada adiknya. Akhirnya ia mencoba
mendobrak pintu itu. Pada dobrakan ketiga, akhirnya pintu itu terbuka. Betapa
kagetnya Bobby saat melihat Callent menari. Ia segera mematikan tape lalu
berjalan menghampiri adiknya. Dipeluknya adiknya dengan erat. Callent
tersentak. Didorongnya tubuh kekar itu. Ditatapnya lekat-lekat wajah kakak
sangat ia cintai itu.
“ apa kamu sudah gila
!” bentak Bobby “ itu sama aja membahayakan diri kamu sendiri Lent !” lanjutnya
lagi
“ apa peduli mu “
ujarnya ketus. Sakit memang saat berkata ketus kepada lelaki yang ia sayang.
Tapi itu terpaksa ia lakukan agar bisa membenci lelaki itu.
“ jelas aku peduli
karena aku kakakmu !”
“ kau bukan kakakku !”
Bagai disambar petir
saat Bobby mendengar perkataan adiknya tadi. Tanpa sadar, tangan kekar milik
Bobby melayang tepat dipipi mulus Callent.
Pllakkkk....
Callent tertegun.
Begitupun dengan Bobby. Ia masih tidak menyangka akan melakukan hal itu. Bobby
berjalan mendekat ke Callent. Namun Callent mundur. Ia sangat kecewa apa yang
telah dilakukan oleh kakaknya barusan.
“ Callent.. ma...maafin
kaka “ pundung Bobby
“ aku kecewa sama kamu
Bobby ! dulu, kamu selalu janji akan menjaga dan melindungi ku ! dan kamu juga
janji gak akan pernah membuat hati aku sakit ! dan kamu juga janji , rasa
sayang mu itu hanya untukku ! tapi APA ! KAU JAHAT ! KAU INGKARI SEMUANYA ! KAU
MALAH JUSTRU MEMBUAT HATI KU SAKIT ! KAU MEMBUAT AKU KECEWA ! DAN KAU...KAU TAK
PERNAH MEMBERIKAN LAGI RASA SAYANGMU PADA KU, SAAT KEHADIRAN WANITA SIALAN ITU.
“ ujar Callent mengeluarkan seluruh keunekannya. “ stop ! jangan untuk mencoba
dekati aku “ titah nya
“ aku tak pernah untuk
mengingkari semua itu Callent . percaya sama aku. Aku tau aku salah . tapi
please... aku sayang sama kamu Callent. Kamu lah keluarga satu-satunya yang aku
punya setelah mama dan papa pergi. Kamu adik yang sangat aku sayangi. Kamu
bidadari kecilku callent “ ujar Bobby begitu pilu. Callent hanya bisa menangis
saat Bobby berkata seperti itu. Dan yang lebih membuatnya sakit adalah saat
Bobby mengatakan bahwa dia sangat menyayanginya sebagai adik .
“ ohhh Bobby. Mengapa
kau begitu bodoh ! apa kau tak bisa melihat wajah dan mata ini ? kita berbeda
!” batin Callent. Air mata terus mengalir dari kelopak matanya.
“ Callent,, jawab aku
callent. Kamu gak membenci aku kan ? aku kakak kamu lent ?”
“ ok.. kalau kamu
memang sayang sama aku . “ Bobby lega saat mendengar ucapan Callent. “ tapi
dengan syarat ! kakak harus ninggalin Akemi !” seketika senyuman itu memudar
saat Callent melanjutkan ucapannya lagi. Yha.. mengapa tidak ! dia harus
meninggalkan Kemi, gadis yang sangat ia sayang dan cintai itu.
“ gak.. kaka gak bisa
melakukannya Lent “
“ ok kalau kaka gak
bisa. Dan aku juga gak bisa untuk memaafkan kaka. “ Callent segera meraih
tasnya dan pergi dari tempat itu. Bobby segera mengejar dan menarik tangan
adiknya. Namun segera dihempaskan oleh Callent.
“kamu mau kemana ?”
tanya Bobby
“ bukan urusan mu !
semua udah jelaskan ? kamu lebih memilih Kemi dibandingkan aku “
“ gak Lent, kamu dengar
dulu.. aku sayang kamu . kamu gak boleh pergi . kamu adik aku “
“ tapi sayangnya, aku
bukan lagi adikmu. “ Callent segera pergi meninggalkan Bobby yang masih terdiam
ditempat itu.
***
Ntah bagaimana lagi
caranya agar air mata ini tak lagi menetes. Semakin ditahan, semakin banyak
pula air yang terus mengalir. Callent terus berjalan tanpa tujuan pasti. Saat
ini , ia hanya ingin lebih menenangkan fikirannya. Akhirnya, Callent duduk
sambil memegangi lutut di pinggir jalan. Tak peduli lagi dengan pandangan orang
yang melihat maupun menganggapnya gila. Yang jelas, ia ingin meluapkan
segalanya dengan menangis sepuas-puasnya. Saat sedang termenung, sebuah tepukan
lembut mendarat tepat dipundak Callent. Ia mengangkat wajahnya. Tersirat
kebencian saat melihat wanita itu. Callent segera berdiri, ditatapnya gadis
yang ada dihadapannya.
Pllaakkk......
Sebuah tamparan
mendarat dipipi cantik Akemi. Kemi kaget dan memegang pipinya yang memerah.
“ puas lo kan ? lo udah
merebut semua yang gw punya ! posisi gw ! kehidupan gw ! kebahagiaan gw ! dan
lo juga udah merebut orang yang gw sayang !”
“ Lent, aku kesini
Cuma... “
“ Cuma apa ? lo mau
menertawakan gw kan ? lo senangkan ? lo puaskan sekarang melihat kondisi gw
sekarang ? “ Akemi hanya menggeleng sedih
“ gw kesini Cuma mau
bilang, kalau gw ikhlas Bobby bersama lo . gw siap mengalah asal lo bahagia Lent”
“ bulshit, lo jelas-jelas tau kalau Bobby itu lebih milih lo dibandingkan gw !
pokoknya gw benci elo Akemi ! gw benci lo ! dan gw akan membuat lo mati ! “
ujar Callent.
Ia mendorong tubuh Akemi hingga terlempar
ketengah jalan. Saat Akemi menatap kekanan sebuah mobil berkecepatan tinggi
melintas dengan kecangnya dijalan raya. Kemi hanya terdiam tak tau harus
berbuat apa. Ingin berlari tapi rasanya kakinya mati rasa. Kemi hanya bisa
menutup matanya dan terus berdoa dalam hati. Sedangkan Callent tertegun apa
yang telah ia lakukan. Saat mobil itu sudah mendekat, Kemi seperti merasa
tubuhnya terhempas kepinggir jalan. Ia membuka matanya. Dilihatnya ia baik-baik
saja hanya luka ringan.. tetapi...
“ ya Tuhan.... “ pekik
Akemi kaget . ia segera berlari kearah pemuda yang telah menolongnya.
“ Bobby.. “ jerit
Akemi. Tetapi Bobby hanya diam tak merespons jeritan yang dilontarkan oleh Kemi
karena ia telah pingsan. Sedangkan Callent, bumi bagaikan terbelah saat melihat
kakaknya menjadi korban akibat ulahnya.
Bobby segera dibawa
kerumah sakit diikuti oleh Akemi dan Callent yang berada didalam Ambulance.
Kemi menangis tersedu-sedu saat melihat Bobby berlumuran darah. Sedangkan
Callent hanya diam seribu bahasa menyesali perbuatannya. Akhirnya Ambulance itu
sampai juga dirumah sakit dan segera menurunkan Bobby dari blankar dan
membawanya keruang ICU.
Setelah menunggu satu
jam lamanya, akhirnya Dokter yang menangani Bobby keluar dengan raut wajah yang
sangat lelah. Kedua gadis itu segera memburu sang Dokter.
“ Dok, bagaimana dengan
keadaan kak Bobby ?” tanya Callent
“ keadaan Bobby
sangatlah kritis. Dan Bobby juga mengalami kebutaan, karena pada saat
kecelakaan, kepala Bobby lebih duluan membentur jalanan dan mengenai saraf
kornea matanya. “ jelas Dokter tersebut.
Mendengar penuturan
Dokter, Callent terduduk lemas dilantai rumah sakit. Ia menangis meraung-raung
bak orang kehilangan seseorang.
***
Tak ada yang berubah
dari taman ini. Tetap sama seperti 10 tahun yang lalu. Saat ia berumur 8 tahun,
ia dan Bobby sering bermain ketaman ini bersama kedua orang tua Bobby. Callent
tertawa sendiri saat mengingat masa lalu. Dan ditempat ini jugalah Bobby
berjanji akan selalu menjaga, melindungi, dan menyayanginya. Masih terekam
jelas semuanya dimemori otak Callent. Sebulir airmata jatuh membasahi wajah
cantiknya.
“ ma..pa.. maafin
Callent, Callent udah jahat sama kak Bobby, Callent juga udah kurang ajar sama
kak Bobby. “ Callent menyeka airmata yang kembali jatuh.” Ma..pa... kenapa ini
harus terjadi padaku ? untuk apa aku harus bertemu dengan kalian jika itu
akhirnya akan membuat ku sakit ? aku pikir .. selama ini perasaanku salah
karena mencintai kak Bobby, ternyata gak ! karena aku sama kak Bobby bukan
saudara kandung kan ma..pa..? kalian memungut ku, karena mama gak bisa hamil
dan melahirkan lagi kan ? tapi kenapa ? kenapa kalian gak pernah
memberitahukannya pada ku dan kak Bobby ? kenapa aku harus tau dari mulut orang
lain ma..pa... ? hidupku dilema oleh semua ini “ Callent kembali menangis pilu.
Dipinggiran danau,
Callent duduk diatas batu yang besar. Kemudian ia mengeluarkan buku dan pena
dari dalam tasnya. Ia mulai menuliskan sesuatu diatas kertas itu.
***
“ apa kamu yakin Lent
?” tanya Dokter Frans dan Dokter Rudi yang berada diruangan tertutup dirumah
sakit.
“ yha aku yakin Dokter
Frans, om Rudi “ jawabnya yakin
“ mungkin, ini saatnya
aku menebus semuanya dan aku harap kalian mau membantu ku “ pinta Callent
dengan wajah memelas. Dokter Frans dan Dokter Rudi hanya saling memandang kemudian
mengangguk setuju.
Terkembang sebuah
senyuman manis dari bibir mungil Callent.
***
“ om akan kehilanganmu
“ ujar Dokter Rudi ditaman Rumah sakit. Callent menggenggam erat tangan om yang
sudah dianggap orang tuanya sendiri.
“ semenjak papa dan
mama meninggal, hanya om yang callent dan kak Bobby punya. Om gak akan
kehilangan Callent, malah setelah pekerjaan itu selesai, om akan selalu melihat
Callent. “ om Rudi menarik keponakannya kedalam pelukkannya. Walau bukan
keponakan kandung, tapi Rudi sangat menyayanginya layaknya anaknya sendiri.
“ makasih om. Sebelum
semuanya terlambat dan aku pergi. Om udah memberi tahukan yang sebenarnya
tentang aku yang sebenarnya. Aku sempat takut saat aku menyayangi kak Bobby
lebih dari seorang kakak. Aku pikir ini gak wajar dan salah. Tapi ternyata, ini
gak salah om. Semua ini benar adanya.”
Hari yang
ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari dimana Bobby akan menjalani operasi
pencangkokkan mata. Semua orang telah menanti diruangan Bobby. Terlihat Akemi
juga menunggunya disana. Tidak berapa lama, datang seorang suster untuk membawa
Bobby keruang operasi. Ternyata didalam ruangan itu, ada Callent yang telah
terbaring dengan memakai pakaian operasi. Ditatapnya blankar milik Bobby.
Kembali ia menangis.
“ kak, mungkin Cuma ini
yang bisa Bidadari kecilmu lakukan. Untuk menebus semua rasa bersalahku padamu.
Aku harap setelah kau siuman nanti, orang yang pertama kau cari adalah aku.
Tapi maaf jika aku gak ada disampingmu lagi. Karena aku telah pergi menyusul
mama dan papa. Tapi, mata ini akan selalu ada bersama mu” Dokter Rudi yang
mendengar itu turut menitikkan air mata. Akhirnya, operasi itu dilaksanakan
juga tanpa adanya hambatan sama sekali.
***
4 hari kemudian....
Perlahan-lahan mata itu
mulai terbuka. Samar. Tapi lama-kelamaan terlihat jelas. Bobby mulai
celingak-celinguk seperti mencari seseorang. Dilihatnya Kemi berada didepannya
dengan senyuman manisnya. Tapi pandangannya segera beralih untuk mencari sosok
Callent. Tapi sayang tak ada tanda-tanda Callent diruangan itu. Harapan kembali
pupus. Padahal saat sadar, Bobby sangat ingin, saat ia sadar orang yang pertama
dilihatnya adalah Callent.
“ kamu kenapa Bob ?”
tanya Dokter Rudi yang melihat keponakannya yang bingung
“ Callent mana om ?”
tanya Bobby.
Mendengar petanyaan
Bobby, seketika membuat dokter Rudi bingung sendiri. Apa yang harus ia katakan
? bohong atau jujur. Semua berkecamuk dalam hatinya.
“ Dok “ panggil Bobby
“ eh i..iia..”
“ Callent mana ?”
tanyanya lagi
“ C...
cal..lent..callent..” ujar om Rudi terbata-bata
“ om,, Callent mana ?
kok om kelihatan ragu untuk menjawabnya ? ada apa sebenarnya ?” Bobby menatap
tajam kearah om nya kemudian beralih menatap kearah Kemi. “ kemi “ panggil
Bobby.
Akemi tersentak kaget
tidak menyangka bahwa Bobby akan memanggilnya. “ i..ia Bobby “
“ mana Callent ?”
“ Callent, dia,,dia..
ahhh “ Akemi segera mengambil cermin didekat meja kemudian menyodorkannya ke
Bobby. Bobby terlihat bingung saat kemi memberikan cermin kepadanya.
“ untuk apa ?” tanyanya
“ lihatlah matamu
Bobby, dengan cermin itu “ titah Kemi. Bobby pun menuruti perintah kekasihnya.
Deeeggg....
Jantungnya berdegup
kencang saat melihat mata itu. Mata yang sangat ia kenal. Mata yang memiliki
bola mata berwarna coklat yang indah. Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh
kepipi Bobby. Tubuhnya mendadak lemas.
“ gak... gakk
mungkiiinnnnn “ teriak Bobby
Akemi dan Dokter Rudi
hanya bisa memeluk dan menghiburnya.
***
Seorang lelaki terlihat
sedang berdiri dipinggir danau. Pikirannya terlintas saat masih kecil dulu.
Saat dimana Dia dan keluarganya sering berkunjung ditaman ini.
..............
“ kakakkkk tunggu aku “
teriak gadis kecil yang sedang berlari sambil memegang boneka kesayangannya.
“ haduh.. kamu ini,
lama sekali ! ayo “ anak lelaki itu menarik tangan gadis kecil itu untuk
bermain bersama.
Brukkk....
“ aawwww “ gadis itu
terjatuh
“ kamu gak apa-apa ?”
“ kaki aku sakit kak “
gadis itu menangis karena sakit
“ kakak minta maaf,
telah membuat mu jatuh dan terluka “ anak lelaki itu meminta maaf dan sangat
menyesal telah membuat adiknya jatuh
“ kakak kenapa nangis ?
kakak juga gak perlu minta maaf, ini bukan salah kakak. Tapi ini salah Callent
yang gak hati-hati saat lari “ ujar Gadis itu. Ia menyeka air mata yang jatuh
dipipi kakaknya.
“ tapi kalau bukan
karena kakak, kamu pasti gak akan jatuh “
“ gak apa-apa kak “
“ maaf yha Bidadari
Kecilku. Kak Bobby janji, kakak akan menjaga serta melindungimu, dan kakak gak
akan membuat mu sakit dan terluka lagi dan kak Bobby akan selalu menyayangi mu
. Janji !” ujar anak lelaki itu dan kemudian memeluk erat sang adik.
.............
Ia kembali menyeka air
matanya yang jatuh. Ntahlah, sudah berapa lama ia tak datang kemari. Ia duduk
dibatu dekat pinggir danau. Kemudian melihat surat yang ada di tanganya. Dengan
sangat hati-hati, Bobby membuka surat itu agar tak ada yang rusak sedikitpun.
Kemudian ia mengeluarkan kertas yang ada didalamnya. Dibukanya lipatan demi
lipatan kertas itu lalu membacanya.
Dear
kak Bobby sayang..
Sebelum
baca surat ini, kaka Bobby harus janji gak boleh nangis lagi
Mungkin,
setelah kak Bobby baca surat ini, kak Bobby gak akan pernah melihat Callent
lagi.. karena Callent udah pergi ketempat yang jauh dan indah sekali. Dimana
tempat itu banyak sekali bunga-bunga dan sejuk. Dan pastinya disana ada Papa
dan Mama . sebenernya, Callent ingin kita berkumpul bersama lagi. Tapi itu gak
mungkin. Karena kakak masih harus menemani orang-orang yang sayang sama kakak
disana.
Emm...
sebenarnya bukan ini yang ingin Callent bahas. Sebenarnya Callent ingin minta
maaf sama kak Bobby. Karena selama ini Callent udah jahat dan kurang ajar sama
kakak. Callent bukan adik yang baik bagi kakak. Tapi Callent melakukan itu
semua semata-mata agar Callent benci sama kakak. Callent cemburu kak, saat
melihat kakak begitu mesra dengan Akemi. Callent tau itu gak wajar. Tapi
Callent juga gak tau kenapa ? yang jelas, Callent sangat cemburu, cemburu
sekali. Callent hanya ingin. Kakak menjadi milik Callent yang seutuhnya. Tapi
Callent terlalu egois kak. Gak sepantasnya Callent marah sama Kemi yang mendapatkan
cinta dari kak Bobby. Sebenarnya Callent juga gak mau kayak gini. Tapi ntah
kenapa, tiba-tiba perasaan itu tumbuh dengan sendirinya kak. Callent sangat
mencintai kak Bobby lebih dari seorang kakak.awalnya Callent takut, takut
perasaan ini salah kak. Karena kita bersaudara. Tapi ternyata nggak kak.
Perasaan ini gak salah sama sekali. Dan perasaan ini wajar bila tumbuh dihati.
Karena kita bukanlah saudara kandung kak. Aku bukan adik kandung mu.om Rudi
yang memberi tahuku. Yha.. pasti kakak gak percaya. Sama halnya seperti aku
yang tak percaya. Tapi setelah aku melakukan test DNA yang diam-diam aku
lakukan. Ternyata hasil menunjukkan kalau kita benar-benar bukan saudara.saat
itu perasaan ku campur aduk kak. Ada sedih dan senang. Sedihnya karena aku tau
aku bukan lah adik kandungmu. Sedangkan senangnya karena aku bisa mencintaimu
kak Bobby. Tapi satu kesalahan besar yang ku perbuat, yaitu membuat kau celaka
sehingga mengalami kebutaan. Aku gak tau harus bagaimana, yang pasti pikiran ku
sangat buntu dan tak ingin kau menderita. Makanya aku memberikan mataku sebagai
penebus dosa dan salah ku sama kamu kak. Mungkin itu gak seberapa dibandingkan
dengan kekurang ajaran ku padamu, tapi hanya itu yang bisa kukasih. Callent
harap, kakak bisa menjaga , merawat serta menyayangi mata itu seperti janji
kakak ke Callent dulu. Dan kakak harus janji, harus membahagiakan orang-orang
yang sayang sama kakak, termasuk Akemi. Menikahlah denganya dan berikan aku
keponakan yang lucu dan ganteng seperti kalian. Maaf Cuma ini yang bisa aku
sampaikan. Sekali lagi Callent minta maaf kak.
Peluk,
cium dan salam rindu dari adikmu,
Callent
Anindya
Bobby menarik nafasnya
sangat panjang. Ia meremas surat itu. Matanya panas, ingin rasanya menangis dan
meluapkan segala kesedihannya. Tetapi ia tak ingin mengingkari janjinya lagi.
Sekuat tenaga ia menahan air mata itu.
“ ya.. kakak janji.
Kakak akan menepati janji itu Lent. Dan kakak akan menikahi Kemi serta
memberikan mu keponakan-keponakan yang cantik dan ganteng. Kakak janji. Dan
kakak akan menjaga mata ini. Kakak janji. Dan kakak harap, kamu juga tenang yha
disana, kakak akan sangat merindukanmu. “ kemudian Bobby bangkit dan beranjak
dari tempat itu. Ia pergi dengan membawa segudang janji yang akan ia tepati
suatu saat nanti.
THE
_END